Oleh: Usep Saefuddin, S.Pd.
a) bagaimana pengetahuan (isi kurikulum) diorganisasikan,
b) bagaimana pikiran bekerja untuk memproses informasi baru (belajar), dan
c) bagaimana guru-guru dapat menerapkan ide-ide tentang kurikulum dan belajar”.
Syarat-syarat agar tercipta proses belajar bermakna menurut Sukmadinata (2003: 188), yaitu: a. Bahan yang dipelajari harus dihubungkan dengan struktur kognitif secara substansial dan dengan beraturan.
b. Siswa memiliki konsep yang sesuai dengan bahan yang akan dihubungkan.
c. Siswa harus memiliki kemauan untuk menghubungkan konsep tersebut dengan struktur kognitifnya secara substansial dan beraturan pula.
Prinsip kebermaknaan dalam pembelajaran memiliki dua arti yaitu makna logis dan makna psikologis. Makna logis adalah makna yang menunjuk kepada isi atau materi dan bergantung kepada hakikat materi itu sendiri serta berisi dua buah keterhubungan yaitu keterhubungan yang tidak perlu dipermasalahkan lagi dan keterhubungan substansif.
Keterhubungan yang tidak perlu dipermasalahkan lagi adalah keterhubungan konsep, ide, atau prinsip yang harus dipelajari dengan konsep, ide, dan prinsip yang telah diketahui. Misalnya keterhubungan antara pengertian modus suatu data yang akan dipelajari dengan pengertian data yang sudah diketahui. Dalam konteks ini, keterhubungan bersifat antara khusus dengan kasus umum, yaitu pengertian modus suatu data yang bersifat khusus tersimpul pengertian data yang bersifat umum.
Keterhubungan substansif yang dimaksudkan adalah keterhubungan antara suatu pernyataan tentang suatu ide, konsep atau prinsip dengan pernyataan lain yaitu pengucapan atau pengalimatannya lain, tetapi esensinya sama saja. Misalnya tanpa mengubah makna atau konsep tentang modus suatu data, individu dapat mengatakannya, bahwa modus suatu data adalah data yang paling banyak.
Adapun yang dimaksud dengan makna psikologis adalah makna individual yaitu makna yang terjadi bagi seseorang individu manakala makna logis dari bahan atau materi dikonservasikan menjadi makna pribadi, atau bahan yang bermakna logis itu, menjadi bagian yang integral dari struktur kognitif individu yang belajar.
Ketika bahan baru yang dipelajari mempunyai hubungan substansif dengan bahan yang telah diketahui, lalu bahan baru itu mempunyai makna individual bagi individu yang belajar, dapatlah dikatakan bahwa bahan baru tersebut mempunyai kualitas makna psikologis.
Konsep baru tidak akan dapat dikembangkan dengan konsep yang telah diketahui, manakala cara mempelajarinya dengan menghapal yang verbalistis. Cara demikian itu, akan menekan kemampuan belajar dengan bermakna. Kebalikannya dari cara belajar menghafal, adalah kesiapan belajar bermakna, yaitu intensi belajar dengan (struktur kognitif). Usaha menghubungkan bahan baru dengan bahan yang telah diketahui ini, dilakukan dengan mempergunakan bahan pengait (advance organizer) tadi.
Beberapa bentuk belajar bermakna antara lain: a) belajar represensional, b) belajar konsep, c) belajar proposisi, d) discovery, e) belajar pemecahan masalah, dan f) belajar kreativitas (Sukmadinata, 2003: 190).
Belajar represensional merupakan suatu proses belajar untuk mendapatkan makna dari simbol-simbol. Kalau orang tua mengatakan kucing di depan anaknya sambil menunjuk kepada binatang kucing, maka pada struktur kognitif anak akan timbul dua perangsang internal yang akan memberikan makna kucing kepada binatang kucing. Maka kata kucing menjadi represen dari binatang kucing.
Belajar konsep akan mempunyai makna logis dan makna psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri-ciri umum yang ditemukan dalam kehidupan. Makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi / subjektif individu.
Belajar proposisi merupakan suatu ungkapan yang menjelaskan hubungan antara dua atau lebih konsep. Proposisi ini ada yang umum dan ada yang khusus. Contoh proposisi umum: binatang buas makan daging, yang berisi banyak daging. Proposisi khusus: harimau makan kelinci yang berisi satu-satu konsep.
Belajar discovery ini menekankan kepada penemuan dan pemecahan oleh siswa sendiri.
Belajar pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk belajar discovery tahap tinggi. Siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang perlu pemecahan. Siswa berusaha membatasi masalah, membuat jawaban sementara, mencari data-data, mengadakan pembuktian hipotesis dan menarik kesimpulan.
Belajar ini merupakan suatu bentuk belajar discovery tahap tinggi. Dengan bermodalkan potensi-potensi yang dimilikinya siswa dituntut untuk menciptakan dan melahirkan sesuatu yang baru.
Berdasarkan uraian mengenai prinsip pembelajaran bermakna di atas, pada hakikatnya pembelajaran bermakna mengamanatkan tentang pentingnya tujuan pembelajaran dirasakan secara langsung oleh siswa baik secara logis maupun psikologis.
mantap pak guru. hapunten gambar pak. umpami gambar nu iyeu " http://1.bp.blogspot.com/-XeZs003zT-4/UwM1mfc9l3I/AAAAAAAAAlw/TNTcFCMPH4A/s1600/no-image-thumbnail.jpg" nu tampil di homepage tiasa dirubah. salam blogger pak guru
ReplyDeleteTerimakasih masukannya, sudah diperbaiki, mohon maaf ketidaknyamanannya, padahal saya tidak merasa mengupload gambar tersebut...
ReplyDeleteMantap, Pak Usep.
ReplyDelete