Friday, May 20, 2016

Kebangkitan Keluarga

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
(Lirik lagu Keluarga Cemara-Arswendo Atmowiloto)

Setiap tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Tanggal ini dipercaya sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional dengan ditandai oleh berdirinya organisasi pergerakan nasional yang bernafaskan nasionalis seperti Budi Utomo pada tahun 1908. Padahal sebelum tanggal dan tahun tersebut, telah lahir organisasi pergerakan nasional lainnya seperti Syarikat Islam yang sebelumnya bernama Syarikat Dagang Islam, tepatnya tanggal 16 Oktober 1905. Mungkin karena ideologinya yang berjiwakan keagamaan, belum bisa dijadikan rujukan sebagai penetapan hari kebangkitan nasional.
Terlepas dari debat kusir penetapan tanggal tersebut, ada hal yang menarik dan perlu kita cermati, terkait "kebangkitan keluarga". Suka atau tidak suka, kenyataan membuktikan bahwasannya peran pendidikan keluarga hari ini mengalami kemerosotan. Sebagian besar ayah hanya berfokus pada upaya bagaimana "merkantilisme" mengumpulkan koin emas, uang sebanyak-banyaknya. Peran ibu hari ini telah bergeser menjadi wanita karier, yang mendelegasikan hampir semua pendidikan adab keluarga kepada pembantu rumah tangga atau pengasuh anaknya. Untuk urusan pengetahuan dan intelektual, mereka menginvestasikan jutaan rupiah dengan memasukannya pada sekolah-sekolah internasional atau sekolah Islami yang mahal. Padahal pendidikan adab di keluarga (baca: karakter) merupakan tanggung jawab utama orang tua.
Allah berfirman dalam Al Quran surat At Tahrim ayat 6, yang mengungkapkan bahwa:"Wahai orang-orang yang beriman, selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka...". Ayat di atas mensinyalir, segala aktivitas yang berpotensi pada perbuatan negatif dimulai dari diri sendiri dan keluarga, sehingga tidak berlebihan jika pola didik dalam keluarga sangat menentukan akhlak dan moral seorang anak. Apabila kita kaitkan dengan kondisi kekinian yang marak dengan kenakalan remaja, pergaulan bebas, kekerasan terhadap anak dan perempuan, bisa jadi dipicu oleh lemahnya pendidikan akhlak atau karakter di keluarga.
Penggalan lirik keluarga cemara di awal merupakan ungkapan yang syarat dengan makna. Dalam baris pertama dikemukakan bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga, mengandung makna bahwa indahnya kebersamaan dan kasih sayang dalam keluarga tidak dapat diukur dengan harta. Istana yang paling indah adalah keluarga berarti bahwa tempat yang paling menyenangkan dan membahagiakan, tempat suka cita, tempat tinggal dengan segala pendidikannya dan mencurahkan keluh kesah sekaligus menjadi jalan keluar pertama suatu permasalahan adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga, memposisikan bahwasannya keluarga merupakan sebaik-baik kesusasteraan yang mengajarkan kelembutan, nasihat, kreativitas, raut muka, penghayatan dan sopan santun. Kemudian baris yang terakhir menyebutkan mutiara tiada tara adalah keluarga artinya cinta dan kasih sayang sejati terpatri dalam kehidupan keluarga.
Kata-kata bermakna di atas menghiasi soundtrack pada serial drama yang populer di tahun 1990 an. Meskipun sederhana, alurnya menawarkan nilai-nilai pendidikan dan kepribadian yang kuat, yang kontradiksi dengan fenomena sinetron domestik dan telenovela asing hari ini yang banyak menyuguhkan tontonan negatif. Simak saja sinetron remaja pada stasiun televisi swasta ternama yang konon merupakan peraih rating tertinggi, justru menyajikan kekerasan, percintaan di sekolah, budaya kebut-kebutan motor, balapan dan nongkrong. Meski beberapa kali mendapat teguran karena ditayangkan pada jam dimana anak-anak kecil dan remaja masih terjaga, namun eksistensinya malah meroket, sehingga anjuran untuk pindah jam tayang atau merubah alur cerita pun tidak dipatuhi sepenuhnya.
Akhirnya di hari kebangkitan nasional ini, mari pekikan kebangkitan keluarga sebagai potensi dasar dalam membangun karakter anak sejak dini yang dijiwai nilai kasih sayang yang hakiki, sekaligus mereduksi potensi perkembangan-perkembangan yang menyimpang sebagai dampak negatif serbuan globalisasi. Dengan menciptakan dan mengembangkan kembali pendidikan keluarga diharapkan akan senantiasa menempatkan keluarga sebagai harta yang paling berharga, istana yang paling indah, puisi yang paling bermakna dan mutiara tiada tara...

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com