Sunday, September 10, 2017

Faktor-faktor Perkembangan Anak



Pada dasarnya perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Perdebatan tentang apakah faktor pembawaan (kematangan) atau lingkungan (pengalaman) yang paling mempengaruhi perkembangan anak telah berlangsung sejak lama. Perbedaan pendapat ini menimbulkan kontroversi antara pembawaan (mature) dan lingkungan (nurture). Para ahli psikologi perkembangan yang beraliran maturationists menekankan pentingnya unsur kematangan, warisan biologis atau pembawaan sebagai faktor yang paling mempengaruhi perkembangan anak. Sebaliknya, para ahli yang beraliran nurturists mengutamakan unsur pengalaman atau lingkungan sebagai faktor yang paling esensial dalam perkembangan anak.
Gambar 1 Perkembangan Anak

Menurut Santrock dan Yusen dalam Semiawan (1998: 18) mengungkapkan bahwa,”kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya”. Pembawaan berkaitan dengan faktor internal atau dalam diri anak itu sendiri. Pembawaan identik dikaitkan dengan potensi diri anak. Kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan, yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Menurut Semiawan (1998: 18) berpendapat bahwa,“pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan”. Lingkungan berkaitan dengan faktor eksternal atau di luar diri anak., lingkungan seringkali dikaitkan dengan pendidikan yang didapat anak dari lingkungannya. Pengalaman dipandang sebagai unsur lingkungan, yakni pengalaman-pengalaman lingkungan yang diperoleh individu dalam kehidupannya.
Pembawaan tidak hanya diartikan sebagai potensi ketika anak tersebut lahir. Pembawaan mencakup suasana, situasi dan kondisi ketika dalam suatu waktu. Misalnya anak dengan pembawaan yang baik, mengalami kesedihan atas suatu masalah, mungkin saja hasilnya tidak akan optimal. Sebaliknya, anak dengan pembawaan buruk, karena dipengaruhi oleh seseorang atau sesuatu hal yang dia anggap penting dalam hidupnya, bisa pula dapat belajar dengan baik.
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan dari luar individu. Lingkungan dalam konteks yang luas, bisa mencakup guru, suasana kelas, lingkungan sekolah, keadaan keluarga, pola hidup masyarakat sekitar dan lain-lain.
Beberapa ahli memiliki pandangan tersendiri mengenai faktor-faktor perkembangan anak. Arbi dan Syahrun (1992: 56) mengungkapkan beberapa pendapat ahli sebagai berikut.
1. JJ. Rousseau
JJ. Rousseau mengungkapkan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah diri anak itu sendiri. Dia berpendapat bahwa, “semua anak yang dilahirkan mempunyai pembawaan baik, pembawaan baik ini akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan”. Dengan pendapatnya ini, JJ. Rousseau merupakan tokoh yang beraliran naturalisme.
2. Schopenhouer
Faktor yang menentukan perkembangan peserta didik yaitu diri anak itu sendiri. Anak yang terlahir ke dunia dilengkapi dengan pembawaan yang bersifat baik atau buruk. Pembawaan buruk atau baik, tidak dapat diubah oleh faktor luar. Atas pendapatnya ini, Schopenhouer termasuk seorang yang beraliran nativisme.
3. John Locke
Menurut John Locke, faktor yang menentukan perkembangan anak adalah lingkungan. Faktor lingkungan yang paling utama mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah guru. Melalui penyediaan lingkungan yang mendukung, peserta didik akan berkembangan secara optimal.
Pendapat John Locke sering disebut sebagai teori kertas putih atau tabularasa. Menurutnya, anak yang terlahir bagaikan kertas putih, suci. Faktor lingkunganlah (environtment) yang menuliskan kertas putih itu melalui pengalaman-pengalaman empirik. Atas pendapatnya ini, John Locke termasuk kelompok aliran empirisme.
4. William Stern
Hasil final perkembangan anak ditentukan oleh kolaborasi faktor pembawaan dan lingkungan. Kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan bersinggungan pada satu titik. Keduanya memiliki peranan yang sangat penting. Atas pendapatnya ini William Stern termasuk kelompok aliran konvergensi.
Berdasarkan pandangan aliran nativisme, pada hakikatnya anak berkembang dengan cara terpola secara genetik. Apabila terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan, maka pola tersebut akan rusak. Struktur-struktur genetik akan menghasilkan komunalitas-komunalitas dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Aliran ini menganggap kondisi lingkungan yang ekstrim dapat menyebabkan gangguan tehadap proses perkembangan anak, karena kecenderungan dasar pertumbuhan dan perkembangan individu telah terpola secara genetik.
Adapun pandangan kaum empirisme menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik anak hanya mewariskan potensi dasar. Mereka tumbuh dan berkembang bergantung kepada gizi, makanan, pendidikan dan pelatihan dalam lingkungannya.
Berbeda dengan dua aliran di atas, ada para ahli yang menegaskan hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan. Sebagai contoh perkembangan fisik anak tidak hanya dipengaruhi oleh genetik induknya, melainkan pula gizi, makanan dan latihan yang diperoleh selama proses perkembangan dan pertumbuhan.

Referensi:
Arbi, S dan Syahrun, S.(1992). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Semiawan, Conny. (1998). Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com