Pada
dasarnya perkembangan anak dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Perdebatan
tentang apakah faktor pembawaan (kematangan) atau lingkungan (pengalaman) yang
paling mempengaruhi perkembangan anak telah berlangsung sejak lama. Perbedaan
pendapat ini menimbulkan kontroversi antara pembawaan (mature) dan lingkungan (nurture).
Para ahli psikologi perkembangan yang beraliran maturationists menekankan pentingnya unsur kematangan, warisan
biologis atau pembawaan sebagai faktor yang paling mempengaruhi perkembangan
anak. Sebaliknya, para ahli yang beraliran nurturists
mengutamakan unsur pengalaman atau lingkungan sebagai faktor yang paling
esensial dalam perkembangan anak.
Gambar 1 Perkembangan Anak
Menurut
Santrock dan Yusen dalam Semiawan (1998: 18) mengungkapkan bahwa,”kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang
dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya”. Pembawaan
berkaitan dengan faktor internal atau dalam diri anak itu sendiri. Pembawaan
identik dikaitkan dengan potensi diri anak. Kematangan dipandang sebagai suatu
pembawaan, yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Menurut
Semiawan (1998: 18) berpendapat bahwa,“pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh
individu dalam berinteraksi dengan lingkungan”. Lingkungan berkaitan dengan
faktor eksternal atau di luar diri anak., lingkungan seringkali dikaitkan
dengan pendidikan yang didapat anak dari lingkungannya. Pengalaman dipandang
sebagai unsur lingkungan, yakni pengalaman-pengalaman lingkungan yang diperoleh
individu dalam kehidupannya.
Pembawaan
tidak hanya diartikan sebagai potensi ketika anak tersebut lahir. Pembawaan
mencakup suasana, situasi dan kondisi ketika dalam suatu waktu. Misalnya anak
dengan pembawaan yang baik, mengalami kesedihan atas suatu masalah, mungkin
saja hasilnya tidak akan optimal. Sebaliknya, anak dengan pembawaan buruk,
karena dipengaruhi oleh seseorang atau sesuatu hal yang dia anggap penting
dalam hidupnya, bisa pula dapat belajar dengan baik.
Lingkungan
merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan dari luar individu.
Lingkungan dalam konteks yang luas, bisa mencakup guru, suasana kelas,
lingkungan sekolah, keadaan keluarga, pola hidup masyarakat sekitar dan
lain-lain.
Beberapa
ahli memiliki pandangan tersendiri mengenai faktor-faktor perkembangan anak. Arbi
dan Syahrun (1992: 56) mengungkapkan beberapa pendapat ahli sebagai berikut.
1.
JJ. Rousseau
JJ.
Rousseau mengungkapkan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
adalah diri anak itu sendiri. Dia berpendapat bahwa, “semua anak yang
dilahirkan mempunyai pembawaan baik, pembawaan baik ini akan menjadi rusak
karena pengaruh lingkungan”. Dengan pendapatnya ini, JJ. Rousseau merupakan
tokoh yang beraliran naturalisme.
2.
Schopenhouer
Faktor
yang menentukan perkembangan peserta didik yaitu diri anak itu sendiri. Anak
yang terlahir ke dunia dilengkapi dengan pembawaan yang bersifat baik atau
buruk. Pembawaan buruk atau baik, tidak dapat diubah oleh faktor luar. Atas
pendapatnya ini, Schopenhouer termasuk seorang yang beraliran nativisme.
3.
John Locke
Menurut
John Locke, faktor yang menentukan perkembangan anak adalah lingkungan. Faktor
lingkungan yang paling utama mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah
guru. Melalui penyediaan lingkungan yang mendukung, peserta didik akan
berkembangan secara optimal.
Pendapat
John Locke sering disebut sebagai teori kertas putih atau tabularasa.
Menurutnya, anak yang terlahir bagaikan kertas putih, suci. Faktor lingkunganlah
(environtment) yang menuliskan kertas
putih itu melalui pengalaman-pengalaman empirik. Atas pendapatnya ini, John
Locke termasuk kelompok aliran empirisme.
4.
William Stern
Hasil
final perkembangan anak ditentukan oleh kolaborasi faktor pembawaan dan
lingkungan. Kedua faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling
berkaitan dan bersinggungan pada satu titik. Keduanya memiliki peranan yang
sangat penting. Atas pendapatnya ini William Stern termasuk kelompok aliran
konvergensi.
Berdasarkan
pandangan aliran nativisme, pada hakikatnya anak berkembang dengan cara terpola
secara genetik. Apabila terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan, maka
pola tersebut akan rusak. Struktur-struktur genetik akan menghasilkan
komunalitas-komunalitas dalam pertumbuhan dan perkembangan individu. Aliran ini
menganggap kondisi lingkungan yang ekstrim dapat menyebabkan gangguan tehadap
proses perkembangan anak, karena kecenderungan dasar pertumbuhan dan
perkembangan individu telah terpola secara genetik.
Adapun
pandangan kaum empirisme menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan
anak. Unsur genetik anak hanya mewariskan potensi dasar. Mereka tumbuh dan
berkembang bergantung kepada gizi, makanan, pendidikan dan pelatihan dalam
lingkungannya.
Berbeda
dengan dua aliran di atas, ada para ahli yang menegaskan hampir semua kualitas
fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan
lingkungan. Sebagai contoh perkembangan fisik anak tidak hanya dipengaruhi oleh
genetik induknya, melainkan pula gizi, makanan dan latihan yang diperoleh
selama proses perkembangan dan pertumbuhan.
Referensi:
Arbi,
S dan Syahrun, S.(1992). Dasar-Dasar
Kependidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Semiawan,
Conny. (1998). Perkembangan Belajar
Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
No comments:
Post a Comment