Wednesday, January 24, 2018

Peserta Didik Berkarakter Versus Superhero



"Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar tetapi ternyata mereka salah, yang betul karakterlah yang melahirkan ilmuwan jenius dan sukses."(Albert Einstein)
Hampir semua orang tua dan guru di negeri bebek mendefinisikan  kecerdasan peserta didik  sebagai superhero. Layaknya Avengers, menurut pandangannya, peserta didik yang jenius adalah peserta didik yang mampu tampil sebagai jagoan dalam aspek pengetahuan yang diujikan di sekolah. Pengertian cerdas dimaknai ketika peserta didik mendapatkan nilai sangat baik untuk setiap mata pelajaran. Peserta didik dikatakan pandai, ketika mereka meraih posisi ranking atau bintang di kelasnya. Peserta didik yang pintar, didasarkan atas banyaknya hafalan terhadap fakta-fakta dan konsep. Prosedur penilaian, seleksi dan penempatan peserta didik di negeri bebek, umumnya ditentukan dengan memberikan tanda silang pada pilihan ganda ABCD di depan jawaban yang paling benar.
Berbeda dengan negeri garuda, memaknai kecerdasan peserta didik sebagai kontribusi nyata, inkuiri terhadap pemecahan masalah yang dihadapi bangsa melalui karya di bidangnya masing-masing. Guru dan orang tua memandang kecerdasan peserta didik sebagai multiple intellegence (kecerdasan yang majemuk), artinya setiap siswa memiliki potensinya masing-masing sesuai dengan kecerdasan yang berkembang optimal dalam dirinya, seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner, meliputi: a) logika matematika, b) linguistic (berbahasa), c) spatial (menggambar dan keruangan), d) musical (musik), e) kinesthetic (gerak), f) interpersonal (bergaul), g) intrapersonal (kekuatan diri), h) naturalis (pemahaman terhadap gejala alam). Seseorang dikatakan cerdas apabila mampu berpikir dan bertindak menciptakan sesuatu yang mereka sukai dan belum pernah diciptakan orang lain. Penilaian terhadap kecerdasan di negeri Garuda dilakukan secara autentik, tidak hanya mengukur seberapa hebatnya seorang superhero menjawab pertanyaan tes dengan benar, tetapi juga mengamati perkembangan dan merekam prosesnya.
Jika kita menelaah kembali ungkapan Alber Einstein di awal, begitu esensialnya karakter dalam upaya berkembangnya potensi peserta didik. Logika sederhananya adalah anak yang pintar belum tentu berkarakter, sebaliknya anak yang berkarakter akan melahirkan kepintaran. Karakter jujur, tekun, kerja keras, pantang menyerah dan inovatif tentu saja mendorong peserta didik untuk senantiasa mengembangkan diri, meningkatkan kualitas personal (diri sendiri) maupun komunal (berkelompok). Dengan berkembangnya karakter-karakter baik tersebut, muaranya akan meningkatkan kecerdasan peserta didik.
Tahun ini merupakan tonggak awal sejarah program pendidikan penguatan karakter (PPK). Gerakan ini dilakukan untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olahraga (kinestetik). Selain dalam program PPK itu sendiri, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan senantiasa melakukan propaganda dengan muatan PPK dalam setiap program pendidikan dan pelatihan, misalnya pada pelatihan Kurikulum 2013 dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Dalam muatan PPK tersebut dirumuskannya lima karakter utama, yaitu: a) religius, b) nasionalis, c) mandiri, d) gotong royong, dan e) integritas. Dari karakter utama tersebut dijabarkan dalam sub-sub nilai yang lebih terukur dalam sebuah perilaku.
Tafsiran sederhananya, pemerintah saat ini menginginkan generasinya tidak hanya cerdas secara akademis melainkan juga baik secara akhlak (berkarakter). Hal ini sejalan dengan Agenda Nawacita No. 8 yakni, "Penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter peserta didik sebagai bagian dari revolusi mental". Dengan penguatan ini diharapkan dapat melahirkan generasi emas yang bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri dan memiliki keunggulan bersaing secara global, sesuai dengan tuntutan keterampilan abad 21 yakni kualitas karakter, literasi dasar dan kompetensi 4C (critical thinking, creativity, communication and collaboration). Kekuatan karakter juga merupakan pondasi pembangunan bangsa dari aspek pembangunan sumber daya manusia. Dari bekal tersebut, peserta didik akan siap dalam menghadapi berbagai permasalahan degradasi moral, etika dan budi pekerti.

Gambar 1Menumbuhkan Karakter Percaya Diri
Sumber Foto: Dokumen Penulis

 
Ironisnya, di negeri bebek lebih memilih gengsi nilai tinggi sebagai superhero dengan menomorduakan karakter. Muncul kecurangan saat USBN atau USM di beberapa daerah, dari mulai kunci jawaban yang viral tersebar sampai dengan bantuan guru untuk mengupgrade nilai, demi meloloskan peserta didik masuk sekolah favorit. Mereka seolah apriori terhadap kampanye "saya mengerjakan ujian dengan jujur", sebuah pernyataan wajib yang harus ditulis peserta didik pada lembar jawaban komputer sebagai bagian penanaman karakter. Ketika sebagian besar peserta didik tidak dapat masuk ke sekolah yang diinginkan pertaruhannya adalah harga diri sekolah, sebaliknya ketika peserta didiknya mampu masuk ke sekolah yang dituju, meskipun dengan cara "tidak jujur", citranya adalah prestasi sekolah.
Adapun dalam praktik pendidikan di negeri garuda, karakter peserta didik lebih utama dibandingkan prestasi akademis semu semata. Bagi mereka membentuk peserta didik berintegritas lebih utama daripada kuantitas lulusan peserta didik yang diterima di sekolah-sekolah favorit dari hasil kecurangan. Mereka optimis dengan karakter baik dan mental kuat, yang akan mengantarkan peserta didik menuju kesuksesan hidup yang nyata. Mereka mengajarkan bagaimana membangun kerja sama, menumbuhkan kepemimpinan dan kemandirian, berpikir positif, senantiasa bersyukur dan meyakini akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian di atas, bahwasannya hakikat kecerdasan peserta didik itu majemuk, bergantung potensi yang dimiliki. Tugas guru sesungguhnya adalah menanamkan karakter baik dan kuat, sehingga berkembangnya potensi secara optimal. Dengan tindakan tersebut, diharapkan akan melahirkan generasi terbaik, berkarakter, berbudaya dengan pemahaman interkultural demi masa depan Indonesia yang cemerlang, aman dan damai.

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com