…
Guruku tersayang, guruku tercinta
Tanpamu, apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal
Guruku, terimakasihku
…
(Lirik lagu Terimakasih Guruku, Ciptaan Melly Goeslaw dan Syipa P)
Guru merupakan pahlawan yang mulia. Pahlawan yang berkorban mengabdikan
sebagian besar hidupnya untuk mengamalkan ilmu yang bermanfaat. Hari-hari indah
seorang guru dilalui dengan mengajar, mendidik, membimbing peserta didik dengan
ikhlas, tanpa mengenal lelah, mengeluh atau pun mengalami kejenuhan. Kemuliaan
seorang guru membawa kesuksesan pada sekian banyak peserta didiknya, bahkan
melebihi kesuksesan dirinya sendiri, namun dia tetap saja menjadi guru. Tidak
ada kebanggaan dan kebahagiaan hidup guru yang luar biasa, melainkan tatkala
mendengar peserta didiknya mampu menjadi sosok yang berhasil, berguna bagi
bangsa, negara dan agama, sebagai indikator keberhasilan mendidik. Dengan sikap
mulia dan jiwa besarnya itu, guru akan senantiasa menjadi pelita dalam
kegelapan, memberikan arah dan jalan dalam mengarungi kehidupan ini.
Teringat sejarah Jepang di tahun 1945, setelah kota-kota pentingnya
yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu. Kaisar Hirohito denga tegas bertanya kepada jenderalnya: “Berapa
guru yang masih hidup?”, bukan bertanya: “Berapa tentara yang masih hidup?”.
Dalam beberapa keterangan dijelaskan oleh Hirohito, bahwa kekuatan militer
Jepang saat itu sudah mengalami
kelumpuhan. Satu-satunya orang yang akan membangkitkan kembali peradaban Jepang
adalah guru. Keyakinan ini terbukti di masa sekarang, dimana Jepang bergerak
maju, menjadi pelopor ilmu pengetahuan dan teknologi, industri dan ekonomi
serta ketahanan pangan dengan tidak menghilangkan akar budaya mereka sendiri.
Kaitannya dengan peran penting dan kemuliaan guru, Al Ghazali
mengungkapkan bahwa, “guru adalah orang besar di semua kerajaan langit, seperti
matahari yang menerangi dan memberikan kehidupan bagi umat manusia”. Guru memberikan
petunjuk pada kebaikan, mengarahkan manusia dalam membedakan yang baik dan
buruk, yang benar dan salah sehingga memberikan arahan kepada jalan keselamatan
baik di dunia maupun di akhirat.
Tugas guru bukan hanya aktivitas ritual atau fenomenal belaka, namun senantiasa
menjadi nilai ibadah dan amal saleh, jika berangkat dari nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan. Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa yang menunjukan kepada
kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR. Muslim).
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan mengemukakan bahwa peran
guru secara filosofis, meliputi:
Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan teladan)
Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah membangun kemauan)
Tut Wuri Handayani I (Di belakang memberikan dukungan moral)
Guru akan senantiasa menjadi contoh teladan dan berpengaruh bagi peserta
didik, khususnya di lingkungan sekolah. Guru yang baik akan selamanya menjadi
panutan sekaligus kekaguman bagi peserta didik. Sebaliknya, guru yang tidak dapat
menjaga sikap dan perilaku positif, akan menjadi citra buruk dan sanksi moral
yang memungkinkan menjadi contoh buruk bagi peserta didik.
Akhirnya, guru merupakan kebutuhan yang signifikan dalam membangun dan
mengembangkan karakter peserta didik. Sehebat apa pun teknologi pendidikan,
tidak akan pernah menggantikan eksistensi dan peran guru karena guru memiliki
sisi manusiawi yang memungkinkan terjadinya transfer energi secara kebatinan
antara guru dan peserta didik melalui keteladanan dan kasih sayang. Karakter peserta
didik yang baik, budi pekerti yang luhur tidak akan tertanam dalam diri peserta
didik apabila hanya diajarkan melalui ceramah belaka tanpa adanya internalisasi
diri dalam sikap dan perilaku guru beserta peserta didik. Implikasinya, guru seyogianya
mengembangkan diri, meningkatkan kualitas diri dan profesional dalam
memperbaiki perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran sebagai upaya
mewujudkan peserta didik yang memiliki kecerdasan paripurna yakni berkarakter
dan berbudi pekerti luhur, memiliki kecakapan dan kreativitas dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi serta bertindak dan berperilaku sesuai nilai dan
norma sosial yang berlaku.
Untuk itu, jadilah guru sebagai pahlawan mulia yang senantiasa
mencerdaskan kehidupan bangsa, melakukan aktivitas mendidik, mengajar dan
membimbing secara ikhlas dan sepenuh hati sebagai panggilan jiwa mengharap
ridha Allah ….
Selamat hari guru…
Selamat memperingati HUT PGRI ke-70
Jayalah guruku, jayalah pendidikanku, jayalah negeriku …
No comments:
Post a Comment