Saturday, January 23, 2016

Filosofi Adzan Menghindari Calo dan Metode Teror



Tidak ada sesuatu yang membahayakan reputasi kita, selain ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan kita. Inilah yang disebut dengan fenomena calo. Sebuah fenomena yang seringkali menjadi penyakit kepribadian kita. Ketika kita sebagai pendidik atau orang tua mampu memberikan nasihat dan pencerahan untuk peserta didik, sementara kita sendiri melalaikan dan tidak memberikan contoh teladan.
Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari ritual adzan. Aktivitas ini tidak hanya berkaitan dengan amalan secara vertikal kepada Allah semata, melainkan dapat diambil hikmah yang terkandung dan tersirat dalam kehidupan sehari-hari.


Gambar 1 Mengumandangkan Adzan
Sumber: http://www.mqradio.co/upload/adzan-nabawi.jpg
Adzan sebagai Seruan dan Keteladanan
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang sering menyeru untuk berbuat kebaikan, sementara penyeru berperilaku sebaliknya. Beberapa oknum pendakwah misalnya menyeru untuk selalu melakukan shalat berjamaah di masjid pada awal waktu, sementara dirinya sendiri justru disibukkan dengan perniagaan atau panggilan ceramah di luar kota yang seringkali membuat ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan. Atau misalkan terkadang memberikan anjuran untuk tidak memperjualbelikan ilmu agama, sementara oknum tertentu memasang tarif untuk tatap muka ceramahnya. Contoh lain kita sebagai seorang ayah atau ibu, sering menyeru kepada anak untuk tidak banyak menonton TV, sementara kita sendiri justru tidak terlepas dari PERUMTEL (penunggu rumah dan telenovela/sinetron baik domestik atau mancanegera), bahkan berjam-jam di depan televisi.
Filosofis adzan mengajarkan seorang penyeru sekaligus merupakan pelaku. Artinya pada suatu kesempatan seorang muadzin menyeru orang lain untuk melaksanakan shalat, tetapi di sisi yang lain seorang muadzin juga menjadi orang yang melakukan shalat tersebut, itulah prinsip keteladanan. Tidak seperti calo mobil angkutan kota atau bus yang menyeru untuk naik kendaraan, tetapi calo itu sendiri tidak bersama naik kendaraan.


Gambar 2 Calo Terminal
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-NBPqzooAZ/TERMINAL-CICAHEUM1.jpg
Adzan merupakan Simbol Istiqamah, Disiplin dan Tepat Waktu
Adzan dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, frekuensi yang rutin setiap harinya, dan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Artinya filosofis adzan mengajarkan kepada kita untuk senantiasa beraktivitas secara istiqamah, melakukan sesuatu secara kontinuitas dan menjadi kebiasaan yang positif dan produktif. Mekanismenya mengajarkan kita untuk senantiasa tepat waktu dalam mengerjakan suatu hal, sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Adzan sebagai Metode Dakwah Sistematis, bukan Teroris
Fenomena hari ini, ada metode dakwah Islam yang disajikan dengan cara radikal. Tumbuh berbagai organisasi, kelompok-kelompok tertentu yang mengajarkan Islam dengan kebencian, intoleransi, non kooperatif bahkan teror. Tidak sedikit pelaku teror di Indonesia  merenggut nyawa orang-orang yang tidak berdosa, seolah sudah tidak takut dengan kematian, demi menuju surga Allah karena pemahaman yang keliru. Tindakan tersebut sesungguhnya memojokkan Islam dan merusak citra kesuciannya. Dunia internasional yang tidak mengenal Islam sesungguhnya, memberikan stigma negatif bahwasannya Islam identik dengan kekerasan. Bahkan, akibat dari tindakan tersebut, ada orang muslim sendiri yang phobia dengan hukum Islam atas dalih tidak manusiawi.


Gambar 3 Pelaku Teror Bom Sarinah

Dalam filosofis adzan, tujuan adzan adalah menyeru untuk melakukan shalat. Namun dalam prakteknya, kalimat hayya ala sholah ditempatkan dalam lafadz keempat setelah Allahu akbar, Ashaduala ilaha illalah, Ashaduana Muhammada Rasulullah. Sistematika tersebut memberikan pelajaran untuk kita bahwasannya dalam menyeru shalat atau kebaikan lainnya yang Islami, tidak harus frontal atau to the point, melainkan harus disajikan dengan metode yang sistematis, kemasan yang baik, akhlak yang baik serta melalui aktivitas yang positif, tidak merusak nilai-nilai kemanusiaan.
Untuk itu tugas dunia pendidikanlah memberikan pencerahan dan prevensi sejak dini tentang pentingnya memberikan pemahaman Islam secara benar, keteladanan, toleransi, akhlak yang baik sejak dini pada usia sekolah. Dengan penanaman karakter baik tersebut, insya Allah Ukhuwah Islamiyah dan Persatuan Indonesia senantiasa terjaga hingga akhir zaman.

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com