Tidak ada sesuatu yang
membahayakan reputasi kita, selain ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan kita.
Inilah yang disebut dengan fenomena calo. Sebuah fenomena yang seringkali
menjadi penyakit kepribadian kita. Ketika kita sebagai pendidik atau orang tua
mampu memberikan nasihat dan pencerahan untuk peserta didik, sementara kita
sendiri melalaikan dan tidak memberikan contoh teladan.
Ada beberapa pelajaran
yang dapat kita petik dari ritual adzan. Aktivitas ini tidak hanya berkaitan
dengan amalan secara vertikal kepada Allah semata, melainkan dapat diambil
hikmah yang terkandung dan tersirat dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 1 Mengumandangkan Adzan
Sumber: http://www.mqradio.co/upload/adzan-nabawi.jpg
Adzan sebagai Seruan dan Keteladanan
Dalam kehidupan
sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang sering menyeru untuk berbuat
kebaikan, sementara penyeru berperilaku sebaliknya. Beberapa oknum pendakwah
misalnya menyeru untuk selalu melakukan shalat berjamaah di masjid pada awal
waktu, sementara dirinya sendiri justru disibukkan dengan perniagaan atau
panggilan ceramah di luar kota yang seringkali membuat ketidaksesuaian antara
ucapan dan perbuatan. Atau misalkan terkadang memberikan anjuran untuk tidak
memperjualbelikan ilmu agama, sementara oknum tertentu memasang tarif untuk
tatap muka ceramahnya. Contoh lain kita sebagai seorang ayah atau ibu, sering
menyeru kepada anak untuk tidak banyak menonton TV, sementara kita sendiri
justru tidak terlepas dari PERUMTEL (penunggu rumah dan telenovela/sinetron
baik domestik atau mancanegera), bahkan berjam-jam di depan televisi.
Filosofis adzan
mengajarkan seorang penyeru sekaligus merupakan pelaku. Artinya pada suatu
kesempatan seorang muadzin menyeru orang lain untuk melaksanakan shalat, tetapi
di sisi yang lain seorang muadzin juga menjadi orang yang melakukan shalat
tersebut, itulah prinsip keteladanan. Tidak seperti calo mobil angkutan kota
atau bus yang menyeru untuk naik kendaraan, tetapi calo itu sendiri tidak
bersama naik kendaraan.
Gambar 2 Calo Terminal
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-NBPqzooAZ/TERMINAL-CICAHEUM1.jpg
Adzan merupakan Simbol
Istiqamah, Disiplin dan Tepat
Waktu
Adzan
dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, frekuensi yang rutin setiap
harinya, dan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Artinya filosofis
adzan mengajarkan kepada kita untuk senantiasa beraktivitas secara istiqamah, melakukan sesuatu secara
kontinuitas dan menjadi kebiasaan yang positif dan produktif. Mekanismenya mengajarkan
kita untuk senantiasa tepat waktu dalam mengerjakan suatu hal, sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.
Adzan sebagai Metode Dakwah Sistematis, bukan Teroris
Fenomena
hari ini, ada metode dakwah Islam yang disajikan dengan cara radikal. Tumbuh berbagai
organisasi, kelompok-kelompok tertentu yang mengajarkan Islam dengan kebencian,
intoleransi, non kooperatif bahkan teror. Tidak sedikit pelaku teror di
Indonesia merenggut nyawa orang-orang
yang tidak berdosa, seolah sudah tidak takut dengan kematian, demi menuju surga
Allah karena pemahaman yang keliru. Tindakan tersebut sesungguhnya memojokkan
Islam dan merusak citra kesuciannya. Dunia internasional yang tidak mengenal
Islam sesungguhnya, memberikan stigma negatif bahwasannya Islam identik dengan kekerasan.
Bahkan, akibat dari tindakan tersebut, ada orang muslim sendiri yang phobia
dengan hukum Islam atas dalih tidak manusiawi.
Gambar 3 Pelaku Teror Bom
Sarinah
Dalam
filosofis adzan, tujuan adzan adalah menyeru untuk melakukan shalat. Namun dalam
prakteknya, kalimat hayya ala sholah ditempatkan
dalam lafadz keempat setelah Allahu
akbar, Ashaduala ilaha illalah, Ashaduana Muhammada Rasulullah. Sistematika
tersebut memberikan pelajaran untuk kita bahwasannya dalam menyeru shalat atau
kebaikan lainnya yang Islami, tidak harus frontal atau to the point, melainkan harus disajikan dengan metode yang
sistematis, kemasan yang baik, akhlak yang baik serta melalui aktivitas yang
positif, tidak merusak nilai-nilai kemanusiaan.
Untuk itu
tugas dunia pendidikanlah memberikan pencerahan dan prevensi sejak dini tentang
pentingnya memberikan pemahaman Islam secara benar, keteladanan, toleransi, akhlak
yang baik sejak dini pada usia sekolah. Dengan penanaman karakter baik tersebut,
insya Allah Ukhuwah Islamiyah dan Persatuan Indonesia senantiasa terjaga hingga
akhir zaman.
No comments:
Post a Comment