Tuesday, January 19, 2016

Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah (Bagian 1)

Bahan Ajar IPS Kelas V Semester 2


Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia termasuk Belanda, tidak terlepas dari 3 (tiga) tujuan utama yang disingkat dengan istilah 3 G, yaitu:

  1.  Gospel adalah  misi yang berkaitan dengan penyebaran agama
  2.  Gold adalah misi yang berkaitan dengan kegiatan perekonominan antara lain menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah
  3. Glory adalah misi yang berkaitan dengan mencari daerah jajahan.

Belanda pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1596, mereka berlabuh di Banten di bawah pimpinan Cornelis De Houtman dengan 4 buah kapalnya yang melakukan pelayaran selama 14 bulan. Kedatangan Belanda ke Indonesia, awalnya disambut dengan baik oleh rakyat Banten. Tetapi karena sikap kasar dan sombongnya, Belanda diusir dari Banten sebelum memperoleh barang dagangan. Begitu pun di beberapa pantai utara Jawa lainnya, Belanda tidak diizinkan untuk berlabuh di pelabuhan. Hanya di Bali Belanda diizinkan berlabuh, itu pun setelah mereka merubah sikap. Kemudian mereka kembali ke tanah airnya.
 
Gambar 1 Kedatangan Pertama Belanda ke Indonesia
Gambar 2 Cornelis De Houtman
Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8c/Cornelis_de_Houtman.jpg
Kedatangan kedua kalinya di Banten dilakukan pada tahun 1598 di bawah pimpinan Jacob Van Neck. Karena tidak kasar dan sombong, kedatangannya diterima dengan baik, terlebih Kerajaan Banten sedang berselisih dengan orang-orang Portugis. Setelah mendapatkan rempah-rempah, kemudian Belanda melanjutkan perjalanan ke Tuban dan Maluku.

VOC
Pada tahun 1602 Belanda mendirikan perserikatan dagang yang dikenal dengan istilah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur sebagai upaya menghindari persaingan di antara sesama pedagang Belanda. Orang-orang Indonesia mengenalnya dengan sebutan kompeni.
VOC mengangkat seorang gubernur jenderal. Pieter Both merupakan gubernur jenderal pertama. Dalam perkembangannya VOC justru berusaha untuk menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia, pelabuhan-pelabuhan penting, dan memaksakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Monopoli adalah penguasaan pasar oleh seseorang atau perusahaan, dalam hal ini adalah VOC.
Pada tahun 1619 Jayakarta diserang VOC yang dipimpin oleh J.P. Coen. Jayakarta mampu direbut dari kekuasaan Pangeran Wijayakrama dan VOC mengganti nama kota tersebut dengan nama Batavia. Kota inilah yang kemudian menjadi pusat VOC.
Perkembangan selanjutnya, Belanda melakukan politik divide et impera (adu domba) terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mencampuri urusan pemerintahan kerajaan di Indonesia sebagai upaya memperlemah, sehingga mudah untuk ditaklukan. Selain itu, Belanda juga melakukan monopoli perdagangan terutama di Maluku dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Rakyat Maluku dilarang menjual rempah-rempah selain kepada VOC
  2. Tempat menanam rempah-rempah ditentukan oleh VOC
  3.  Jumlah tanaman rempah-rempah ditentukan VOC

Dalam mengontrol kegiatan monopoli tersebut, VOC melakukan “Pelayaran Hongi” yaitu pelayaran patroli, lengkap dengan senjata, menggunakan perahu kora-kora. Pelanggar monopoli dijatuhi hukuman yang disebut ekspirtasi yaitu pembinasaan rempah-rempah milik petani, pemiliknya disiksa atau dibunuh.
Akibat tindakan VOC ini, rakyat Indonesia menjadi menderita. Puluhan ribu tanaman pala dan cengkeh dibinasakan. Rakyat disiksa, dibunuh atau dijadikan budak. Sebagian rakyat melarikan diri meninggalkan kampung halaman, sehingga tanahnya diambil alih VOC.


Referensi:

Syamsiah dkk, Siti. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Tim Penyusun Sejarah. (1994). Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah Nasional dan Umum. Surakarta: Tiga Serangkai.

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com