Progress
is impossible without change, and those who cannot change their minds cannot
change anything.
Kemajuan tidak mungkin terjadi tanpa adanya
perubahan, dan mereka yang tidak bisa merubah cara berpikir atau isi pikiran mereka,
tidak akan bisa mengubah apapun.
George Bernard Shaw
Suka atau
tidak suka, mau atau tidak mau, dimensi waktu terus beranjak, bulan dan
matahari terus berputar, hari terus bergerak, tahun demi tahun terus berganti.
Tidak terasa meninggalkan kenangan yang membahagiakan sekaligus menyedihkan.
Melanjutkan episode dan aktivitas kehidupan yang belum terselesaikan di masa
yang telah terlewati. Dan membuat resolusi-resolusi yang membuat hidup lebih
berarti.
Pergantian
masa adalah keniscayaan, tugas kita hanyalah menyempurnakan kepribadian dengan
pribadi yang lebih baik dan maslahat, berguna bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Itu semua diwujudkan dalam upaya meningkatkan
kualitas diri, dengan cara menyempurnakan ikhtiar dan kekuatan doa. Karena
kualitas diri yang baru, yang sesuai dengan perkembangan zaman, sangat
menentukan dalam meraih keberhasilan hidup.
Gambar 1 Tahun 2016
Sumber: http://cdn1.theodysseyonline.com/files/2015/12/06/635850197284573487-484381917_Setting-Goals-for-2016.jpg
Keberhasilan dan Keberuntungan
Bukankah
keberhasilan adalah keberuntungan? Banyak orang yang menganggap bahwa
keberhasilan hidup semata-mata hanyalah keberuntungan. Padahal jika kita
cermati secara teliti, sesungguhnya keberuntungan itu merupakan persinggungan
antara persiapan dan kesempatan. Meskipun suatu kesempatan datang tidak terduga
kepada kita, apabila kita tidak memiliki persiapan yang cukup, maka kesempatan
itu akan pergi kembali dari diri kita dan menghampiri orang lain yang lebih
mempersiapkan diri. Inilah logika sederhana, namun Rasulullah SAW pun bersabda,
“man jadda wa jadda”(siapa yang
bersungguh-sungguh, maka ia akan dapat). Kiasannya, bahwa pesawat akan landing manakala landasan sudah siap,
guru akan mengajar kalau peserta didiknya sudah siap. Dengan kata lain,
kesempatan sukses akan datang, apabila kita sudah mempersiapkan diri secara
maksimal sesuai dengan kemampuan.
Lantas
bagaimana dengan orang yang sudah mempersiapkan diri tetapi masih belum
mendapatkan kesempatan yang baik? Sesungguhnya kenyataan tersebut memiliki
beberapa hikmah atau pesan, antara lain:
- Introspeksi diri. Dengan kenyataan ini, kita senantiasa harus berintrospeksi diri, sudahkah kita berdoa dengan giat? Sudahkah maksimal usaha kita? Atau kah ada kemaksiatan-kemaksiatan yang kita lakukan, baik disengaja maupun tidak disengaja.
- Bersabar dan percaya takdir. Pesan selanjutnya ketika menerima kegagalan adalah dengan bersabar, tidak letih dan tidak lesu dalam berbuat baik. Percaya takdir bahwasannya Allah memiliki rencana yang terbaik untuk hamba-Nya dibalik semua peristiwa.
- Ikatan dengan Allah. Artinya dengan sebuah kegagalan, kita harus memiliki pikiran yang positif. Mungkinkah ini merupakan indikasi Sang Pencipta, agar kita senantiasa dekat dengan-Nya terus menerus, sampai saatnya nanti Allah mengabulkan doa-doa kita.
Meningkatkan Kualitas Diri
Meningkatkan
kualitas diri menurut Karana (2015: 4) dipengaruhi beberapa faktor, meliputi:
1.
Kekuatan ibadah
2. Berkarakter
baik
3.
Belajar tiada henti
4.
Memperluas jaringan
5.
Memanfaatkan peluang
Kekuatan Ibadah
Hakikat
hidup manusia adalah beribadah (QS. 51:56). Berdasarkan hal tersebut, segala
aktivitas kehidupan, keberhasilan hidup, kesuksesan dan peningkatan kualitas
diri orientasinya adalah ridha Allah sebagai manifestasi beribadah kepada-Nya.
Konsekuensi meningkatkan kualitas diri dengan kekuatan ibadah, manusia
mendapatkan rezeki dari Allah. Rezeki dalam konteks ini tidak hanya bersifat
material, Amirudin (2015: 2) mengungkapkan bahwa, “rezeki adalah segala sesuatu
yang memberikan manfaat” berupa:
1. Kesehatan
2. Umur
3. Sahabat yang baik
4. Keluarga (suami, isteri dan anak)
5. Ilmu
6. Kedekatan dengan agama
7. Harta yang halal dan berkah
Dengan
demikian kekuatan ibadah merupakan kunci utama yang memberikan arah dan
landasan yang kuat tentang persepsi kita meningkatkan kualitas diri sebagai
bagian dari mengharap ridha Allah.
Berkarakter Baik
Karakter
baik memiliki arti penting dalam upaya meningkatkan kualitas diri. Pepatah
mengatakan:
hati-hati
dengan pikiran karena itu bisa
menjadi ucapan
hati-hati
dengan ucapan karena itu bisa
menjadi perbuatan
hati-hati
dengan perbuatan karena itu bisa
menjadi kebiasaan
hati-hati
dengan kebiasaan karena itu bisa
menjadi karakter
hati-hati
dengan watak dan karakter karena itu bisa menjadi
menyebabkan Nasib Masa Depan kita
(Karana,
2015: 4)
Untuk
menjadi pribadi yang berkualitas, knowledge
dan skill saja tidak cukup. Tetapi harus memiliki karakter atau sikap (attitude) yang kuat dan mumpuni. Tidak
sedikit orang yang berpengetahuan luas dan terampil justru harus gagal dalam
meraih cita-cita hanya karena berperangai buruk, memiliki karakter negatif yang
berujung kepada ketidakpercayaan orang lain, baik kolega, atasan atau pun
kliennya.
Karakter
baik adalah sikap sosial sebagai jatidiri dan kepribadian seseorang. Karakter
baik, meliputi: jujur, disiplin, peduli, rajin, adil dan lain sebagainya.
Dengan mengembangkan dan memelihara karakter baik dalam diri kita, akan
menumbuhkan sikap trust (percaya)
dari orang lain terhadap kita sehingga keberhasilan hidup sebagai hasil
peningkatan kualitas diri akan mudah untuk diraih.
Belajar Tiada Henti
Hakikat belajar adalah perubahan ke arah yang lebih
baik. Cronbach dalam Sardiman (2003: 20) mengartikan belajar
sebagai “shown by a change in behavior as a result of experience”
(bentuk perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman). Indikasi dalam
meningkatkan kualitas diri adalah adanya perubahan perilaku, menjadi pribadi
yang lebih positif dan produktif. Makna belajar yaitu terus berjuang, terus
berusaha, tidak takut gagal, terus berupaya mencoba kembali, fokus pada tujuan
dengan belajar dari kegagalan-kegagalan di masa yang lalu.
Belajar tiada henti mendorong kita untuk senantiasa
bekerja keras untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Belajar tiada henti
menjadikan halangan dan tantangan sebagai ujian, bukan sebagai hambatan. Thomas
Alva Edison mengungkapkan bahwa untuk meraih kesuksesan kita hanya perlu 1 %
inspirasi, sisanya 99 % didapat dengan cucuran keringat, contohnya untuk
menemukan bola lampu, dia harus gagal 10000 kali. Sesuatu yang jarang terjadi
kita lakukan
Memperluas Jaringan
Networking merupakan
aspek yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas diri. Kelilingilah
lingkungan dan kehidupan kita dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama,
semangat untuk berubah. Karena jaringan atau komunitas ini sangat menentukan
dalam mempertahankan habbits yang
baik. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang pesimis, dikhawatirkan akan
terbawa pesimis, bukan tidak mungkin mimpi-mimpi yang telah direncanakan pun
tinggal kenangan, karena tidak ada daya dukung dan sahabat atau keluarga yang
menguatkan. Sebaliknya jika kita bergaul dengan orang-orang yang optimis,
harapan-harapan kita terjaga dengan baik, lingkungan mendukung, ketika harus
jatuh pun, kita akan dengan cepat bangkit kembali. Dengan demikian, tugas kita
adalah memperluas jaringan sebagai upaya memperkokoh semangat perubahan dan
berbagi pengalaman menuju kualitas kehidupan yang lebih baik.
Memanfaatkan Peluang
Pepatah
mengatakan peluang adalah emas. Seorang yang akan meningkatkan kualitas
dirinya, diperlukan kemampuan dalam mengasah intuisi, memanfaatkan peluang. Kemampuan
yang diperlukan dalam memanfaatkan peluang adalah berani dan perhitungan. Orang
yang tidak berani dan tidak perhitungan, maka peluang akan cuek begitu saja,
dan tentu saja menghampiri orang lain. Seorang yang tidak berani namun
perhitungan, analisisnya tajam, mampu menjabarkan prospek dan tantangan, tetapi
tidak mampu mengeksekusi atau mengambil keputusan berdasarkan hasil
analisisnya. Seorang yang berani namun tidak perhitungan, akan cenderung
ceroboh, mengambil keputusan hidup tidak berdasarkan data dan fakta, sehingga akan
membuat dirinya terperosok dalam kesulitan-kesulitan yang seharusnya dapat
diatasi sejak dini. Seorang yang berani dan perhitungan, akan mengambil
keputusan dengan tepat, berdasarkan data, fakta, dan analisis serta prediksi
yang rasional, sehingga berbagai hambatan mampu diatasi dengan baik.
Demikianlah,
semoga di tahun yang baru ini, kita senantiasa memiliki semangat baru, menuju
pribadi yang baru, sebagai upaya meningkatakan kualitas hidup yang baru…
Semoga mencerahkan
dan memotivasi diri kita untuk senantiasa mendapatkan ridha Illahi…
Referensi
Al
Quranul Karim
Amiruddin,
Aam. (2015). Membangun Bisnis Penuh
Berkah. Handout Training PKBL PT Biofarma. Bandung: Tidak diterbitkan.
Karana,
Asep Ridrid. (2015). Kiat-kiat Menuju
Wirausaha Sukses. Handout Training PKBL PT Biofarma. Bandung: Tidak
diterbitkan.
Sardiman,
A.M. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar.
Jakarta: Grafindo.
Aminn...terima kasih telah mengingatkan Pak.
ReplyDeleteSalah hangat dari Bandung ;)
Terimakasih telah berkunjung...
ReplyDelete