Hakikat
shaum Ramadhan adalah ujian dari Allah. Sebuah ujian dalam upaya mengembalikan
fitrah manusia sebagai hamba Allah. Suatu ujian yang berfokus kepada tujuan
menuju pribadi yang takwa (QS 2: 183). Ujian yang merefleksikan diri atas
romantika kehidupan manusia yang terdiri dari kesenangan dan kesusahan. Ujian
yang memvalidasi komitmen manusia, setelah dirinya menyatakan beriman kepada
Allah (QS. 29: 2-3).
Bulan
Ramadhan merupakan bulan yang suci. Mengandung makna bahwa bulan Ramadhan
merupakan bulan pensucian diri atas hakikat diri manusia yang bermula dari sisi
Allah, Zat yang Maha Suci. Bulan yang
mensucikan manusia menuju kembali lagi kepada-Nya melalui mekanisme shaum
sebagai upaya mengembalikan fitrah manusia. Bulan yang mendekatkan diri manusia
dengan Allah (taqarrub ilallah)
sebagai Zat yang Maha Fitrah.
Shaum
Ramadhan juga merupakan ujian yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang
takwa. Secara istilah bebas, takwa diartikan sebagai menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa juga merupakan simbol
kemuliaan di sisi Allah (QS. 49: 13). Dengan demikian, shaum Ramadhan merupakan
gambaran nyata suatu proses menjadi pribadi yang mulia di sisi-Nya, yakni
pribadi yang mutaqqin. Seorang yang
bertakwa akan senantiasa bersungguh-sungguh dalam ibadahnya dengan benar dan
ikhlas, terlepas dari syirik lahir dan syirik bathin (penghambaan kepada selain
Allah). Sehingga ibadah orang yang bertakwa, hati nuraninya, jiwanya dan
rasanya senantiasa dijaga untuk dapat menghayati diri Illahi yang Al Ghaib dan
dekat sekali.
Pada
hakikat yang lain, shaum Ramadhan adalah ujian atas romantika kehidupan
manusia. Kehidupan yang penuh warna kesenangan atau kesusahan. Karena hakikat
kesenangan bukanlah anugerah dan karunia semata, melainkan ada ujian atau
cobaan dari Allah, bagaimana sikap manusia atas kesenangan yang telah
diberikan. Begitu pun sebaliknya, hakikat kesusahan bukanlah nilai kesengsaraan
semata, melainkan ada nilai pelajaran dan pendidikan dari Allah, baik sebagai
peringatan atau pun acuan bagaimana manusia melangkah dan selalu memperbaiki
diri dengan doa dan ikhtiar untuk mengatasi segala kesusahan yang dialami.
Kemudian,
kadangkala manusia hanya berkomitmen menyatakan bahwa dirinya muslim dan
beriman kepada Allah tanpa mengindahkan konsekuensi ibadah yang harus
dilakukannya. Seperti shaum Ramadhan yang merupakan bagian dari rukun Islam
adalah suatu mekanisme Allah, bentuk ibadah manusia yang membedakan kadar
keimanan seseorang dengan yang lainnya. Sehingga ketika mereka hanya berkata
beriman sementara dengan sengaja tidak melaksanakan shaum Ramadhan,
sesungguhnya mereka sudah dusta. Atau sebaliknya jika mereka berkata beriman,
dan melaksanakan shaum Ramadhan penuh kesungguhan, maka dia benar-benar
beriman.
Demikianlah
sekelumit tentang hakikat shaum Ramadhan sebagai ujian dari Allah.
Implementasinya, dengan shaum Ramadhan menggambarkan bahwasannya fitrah manusia
berasal dari Allah dengan tidak membawa apa-apa, sehingga ketika Allah menguji
manusia dengan shaum, menahan nafsu dan syahwat, hakikatnya adalah
mengembalikan fitrah manusia yang suci di sisi Allah. Dengan shaum Ramadhan
manusia akan senantiasa berupaya untuk menjalankan segala perintah Allah dan
sekuat tenaga menghindari larangan Allah, sesungguhnya yang demikian itu menuju
pribadi yang takwa. Kemudian dengan shaum Ramadhan, menjadikan pelajaran untuk
senantiasa berbagi dengan sesama atas nikmat kesenangan yang didapat, dan
berupaya prihatin dengan selalu berserah diri kepada Allah atas kesusahan yang
menimpa diri kita dan saudara-saudara kita. Akhirnya, dengan shaum Ramadhan
pula sebagai pembeda kadar keimanan seseorang, sekaligus membuktikan kepada
Yang Maha Kuasa, bahwa kita termasuk orang-orang yang beriman, bukan termasuk
orang-orang yang berdusta.
No comments:
Post a Comment