Hampir setiap manusia senantiasa dihinggapi sikap malas, terlebih saat shaum Ramadhan. Kemalasan ini diduga karena rasa lelah, kantuk yang menyerang sebagai reaksi kurangnya asupan energi. Tidak sedikit justru produktivitas menurun di bulan ini. Dan banyak orang yang akhirnya menghabiskan waktu saat shaum Ramadhan dengan tidur menanti saat berbuka.
Malas, merupakan penyakit psikologis diri yang perlu perjuangan keras untuk mengatasinya. Seringkali kemalasan ini memenjarakan diri manusia dari upaya mengembangkan kualitas kehidupannya. Adakalanya pula kemalasan ini menjadi tembok yang kokoh, penghalang individu untuk bisa bergerak maju memberikan kemanfaatan bagi diri, sesama, keluarga maupun masyarakat. Malas merupakan penyakit kronis yang selalu menghinggapi banyak orang tanpa terkecuali, karena lemahnya motivasi dalam diri.
Apabila kita merenung dengan keimanan, mengapa kita harus malas saat Ramadhan?bukankah secara bahasa Ramadhan artinya panas yang menyengat atau pembakaran?bukankah Allah melipatgandakan pahala pada bulan ini?bukankah peperangan yang besar dilakukan oleh Rasulullah SAW (Perang Badar) terjadi pada bulan Ramadhan dan saat shaum Ramadhan?bukankah pertama kali turunnya Al Quran terjadi di bulan ini?bukankah peristiwa malam seribu bulan dan turunnya malaikat (lailatul qadr) juga terjadi pada bulan ini?
Bagaimanakah cara terbaik dalam membunuh kemalasan?
Bagaimanakah cara terbaik dalam membunuh kemalasan?
Foto: http://sarungpreneur.com/umumkan/wp-content/uploads/2015/05/menghilangkan-rasa-malas-dengan-cara-islam.jpg
Meluruskan Niat dari dalam Diri
Niat paling hakiki dari sebuah kehidupan adalah mengharap ridha Allah.
Firman Allah SWT dalam QS. Adz Dzariyat ayat 56 diungkapkan bahwa, “Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. Segala aktivitas akan senantiasa
bernilai ibadah, jika berangkat dari kerangka berpikir sebagai makhluk Allah
yang selalu berdoa dan berikhtiar untuk mendapatkan keridhaan Illahi. Dengan
niat yang sungguh-sungguh untuk berserah diri dan taat kepada Allah, akan
terhindar dari kemalasan, karena manusia menyadari bahwasannya Allah tidak
menyukai orang yang bermalas-malasan.
Niat lainnya adalah melakukan perubahan diri, karena hidup adalah
pilihan. Apabila kita memilih kemalasan yang mewarnai hidup kita, jangan
menyesal jika perubahan diri bergerak melambat, bahkan jalan di tempat. Sebaliknya,
apabila kita berusaha untuk rajin dan membunuh kemalasan diri, dengan izin-Nya
perubahan diri dan cita-cita yang diinginkan akan mudah tercapai. Seringkali kita
dalam melakukan perubahan diri, senantiasa menunggu sesuatu atau keadaan yang
membaik. Mulai saat ini, ubah mindset tersebut
dengan terus berupaya untuk melakukan sesuatu yang bermakna sebagai solusi,
sehingga diri ini menjadi bagian dari perubahan tersebut.
Ilustrasi dari quote sutradara
film Hollywood ternama, Steven Spielberg yang mengungkapkan bahwa, “Saya bermimpi tidak hanya di malam hari,
saya bermimpi sepanjang hari. Karena bermimpi adalah cara saya mencari nafkah”.
Ungkapan tersebut memberikan pelajaran untuk selalu merencanakan dan
melakukan sesuatu yang baik setiap hari, dengan mengerahkan segala ide pikiran
dan kreativitas, dengan upaya tersebut akan menghasilkan perubahan diri dalam
kehidupan baik secara finansial, maupun cita-cita yang ingin dicapai.
Melakukan Kebiasaan Beramal
Shaleh
Prof. Dr. Quraish Shihab pernah mengungkapkan bahwasannya indikator suatu
perbuatan dikatakan amal shaleh, apabila memiliki nilai kemanfaatan, baik bagi
diri sendiri, maupun orang lain. Setiap aktivitas amal shaleh akan bernilai
ganda yakni sebagai nilai ibadah kepada Allah SWT secara vertikal, dan memiliki
kemanfaatan sebagai efek personal dan sosial secara horisontal. Inilah yang
disebut habluminalloh dan habluminannas (hubungan dengan Allah dan
manusia).
Amal shaleh yang kita lakukan dari mulai bangun tidur sampai dengan
tidur lagi akan membunuh kemalasan, jika dilakukan secara istiqamah dan menjadi kebiasaan diri. Dengan melakukannya, kita
akan terhindar dari penyakit malas.
Beberapa amal shaleh yang dapat kita lakukan dalam upaya membangun
karakter diri dan kebiasaan yang positif, antara lain:
- Shalat lima waktu
- Zakat (mal dan Fitrah)
- Puasa Ramadhan
- Shalat malam (Tahajjud)
- Dzikir
- Shalat Dhuha
- Sedekah
- Membaca Al Quran
- Bekerja
- Belajar
- Berbisnis / berniaga
- Membaca buku
- Menulis
- Tolong-menolong
- Dll
Amalan-amalan di atas, selain sebagai ladang amal ibadah kepada Allah,
juga memiliki manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang banyak. Apabila kita
berusaha untuk mengimplementasikan amalan-amalan tersebut, tidak akan pernah
ada celah untuk berperilaku malas, karena untuk mencapai amalan-amalan itu
menjadi habits (kebiasaan), kita
memerlukan kerja yang keras. Apalagi jika hal tersebut telah mendarah daging
menjadi suatu kebutuhan.
Senantiasa Mengevaluasi Diri
Dalam perspektif Islam, setiap manusia dianjurkan untuk secara intensif
mengevaluasi diri. Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 18 diungkapkan
bahwa, “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Setiap amal
shaleh yang telah kita lakukan, hendaknya disempurnakan terus-menerus dengan
cara mengevaluasi sehingga mengupayakan kondisi yang optimal setiap harinya. Sebagai
contoh, apabila pada hari ini kita telah mampu melakukan secara rutin Shalat
Dhuha 2 rakaat, maka pada esok hari kita dianjurkan untuk melipatgandakannya
menjadi 4 rakaat atau lebih sampai menuju kualitas dan kuantitas terbaik yang
disyaratkan Allah.
Begitu pun dengan membaca, ini juga merupakan amal shaleh, upayakan
untuk meningkatkan kualitas membaca dan kuantitas banyaknya bacaan, baik itu
ilmu agama maupun ilmu pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri, keluarga,
sahabat maupun masyarakat.
Amal yang lain juga, misalkan menulis, tulislah setiap gagasan yang
muncul setiap saat sehingga menjadi sebuah artikel, laporan, berita yang
bermanfaat, maupun kajian-kajian ilmu yang dapat diamalkan dan disebarluaskan
sehingga menjadi tulisan yang bermanfaat serta mampu membawa perubahan diri
bagi pembacanya.
Dengan demikian cara yang ketiga dalam membunuh kemalasan adalah senantiasa
mengevaluasi diri, memetakan kekurangan-kekurangan sehingga menjadi bahan
perbaikan di masa yang akan datang.
Berbekal tiga tips sederhana di atas, yakni: meluruskan niat dalam diri,
b) membiasakan diri beramal shaleh, c) senantiasa mengevaluasi diri, penulis
meyakini akan menghindari dari penyakit dan potensi kemalasan. Wallahu alam bi shawab…
No comments:
Post a Comment