LK 4.1
Dinamika Kehidupan Global
- Bacalah berita berikut ini!
- Analisislah artikel ini, kemukakan penyebab munculnya masalah bahasa “gaul” apabila dikaitkan dengan teori mengenai globalisasi dan karakter nasional!
- Berilah solusi terhadap permasalahan tersebut!
TEMPO.CO, Jakarta
- Psikolog Roslina Verauli mengomentari maraknya bahasa ala Vicky yang
dipopulerkan Vicky Prasetyo, mantan tunangan Zaskia Gotik. Bahasa itu
kini ramai menjadi pembicaraan di media sosial. Menurut dia, maraknya bahasa
ala Vicky atau Vickynisasi, yang kemudian menjadi tren, tak bisa dipisahkan
dalam perilaku sosial.
"Bahasa
mempresentasikan budaya, masyarakat, dan kekinian, seperti kemajuan
teknologi," kata psikolog yang kerap disapa Vera ini saat dihubungi Tempo,
Selasa, 10 September. Alumni Universitas Indonesia ini menegaskan,
perkembangan bahasa mampu menembus lintas pergaulan yang mewakili berbagai
kelompok. Kemudian, bahasa tersebut dikembangkan lagi menjadi sub-sub
kelompok.
Dalam budaya
instan yang serbacepat seperti sekarang, kemampuan berbahasa menjadi suatu
kebutuhan yang serbainstan dan cepat untuk diikuti layaknya sebuah tren.
"Ada yang berbahasa karena tren, latah, sekadar ikut-ikutan, atau untuk
seru-seruan dan lucu-lucuan," ujar dia.
Pada remaja,
sesuai dengan perilaku mereka yang serba spontan, ketika marak bahasa
singkatan atau bahasa yang tak lagi menggunakan kata-kata, melainkan berupa
lambang (emoticon), mereka pun spontan mengikutinya. Walhasil, bahasa
seperti itu berkembang pesat di kalangan remaja.
"Bahasa
mempresentasikan seseorang," kata Vera. Sesuai tingkatannya, semakin
tinggi kecerdasan seseorang, maka justru penggunaan bahasanya akan lebih
sederhana. Tutur katanya tidak membuat orang pusing karena banyak penggunaan
istilah yang tidak pas dan salah kaprah.
Dalam kasus
Vickynisasi ini, Vera melihat banyak orang yang kemudian ikut-ikutan atau
latah. Bahkan, sampai menjadi topik yang ramai dibicarakan di jejaring
sosial. Menurut dia, hal itu bukan merupakan sebuah tren, tapi lebih mengarah
pada seru-seruan atau lucu-lucuan.
"Lebih bermakna untuk parodi atau joke semata. Jadi, bukan hal yang dianggap serius," kata Vera. Pada level masyarakat modern yang intelektual atau dengan kecerdasan yang semakin tinggi, pemakaian bahasanya justru lebih sederhana. Ia pun menyoroti kebiasaan di kalangan menteri yang sering menggunakan bahasa asing. Vera tidak setuju dengan kebiasaan seperti itu. "Bahasa menteri harus sederhana dan tidak membingungkan rakyat," ujar Vera. (HADRIANI P, http://gaya.tempo.com) |
Penyebab munculnya
“bahasa gaul” berdasarkan mengenai teori globalisasi dan karakteristik nasional
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
- Kontak dengan kebudayaan lain, sehingga munculnya kata-kata kajian atau serapan bahasa asing yang tidak sesuai penggunaannya.
- Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang (deviation), namun yang bukan termasuk tindakan kejahatan (delik). Artinya bahasa gaul tumbuh karena pembiaran dari dalam diri, keluarga, kelompok, institusi pendidikan sampai dengan masyarakat. Sehingga dengan pembiaran tersebut, membuat bahasa gaul terus berkembang.
- Sistem masyarakat yang terbuka
- Penduduk yang heterogen
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
Solusi terhadap
berkembangnya bahasa gaul adalah dengan mensosialisasikan dari mulai diri sendiri,
keluarga, institusi pendidikan dan masyarakat untuk senantiasa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan memberikan kesadaran kepada para
pemakai bahasa gaul bahwa segala hal yang baru tidak harus diikuti. Apalagi
masalah melestarikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang harus
dijaga bersama.
No comments:
Post a Comment