Tuesday, June 30, 2015

Berani Berproses

Oleh: Usep Saefuddin

Live in the present while investing for the future
(Kehidupan saat ini merupakan investasi untuk masa depan – Rene Suhardono)

Setiap episode kehidupan tidak terlepas dari tiga tahapan yang saling berkaitan, yaitu: a) input, b) proses, dan c) hasil. Ketiganya memiliki hubungan kausal yang kuat. Hasil yang baik sangat ditentukan oleh input dan proses yang baik pula. Buah yang berlimpah dihasilkan dari akar yang kuat dan batang yang kokoh. Filosofis ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Ibrahim ayat 24-25 yang mengungkapkan bahwa:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Meskipun perumpamaan yang baik dalam ayat ini adalah “kalimat thoyibah” namun dalam konteks kehidupan manusia, pencapaian tujuan yang optimal sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik dan proses yang sistematis. Sehingga tidak berlebihan apabila kita mengapresiasi pepatah yang mengatakan, “orang yang gagal dalam merencanakan sesuatu, pada hakikatnya merencanakan kegagalan.”

Berani berproses, adalah suatu sikap hidup aktif dalam merespon setiap perubahan dan kenyataan yang terjadi. Inti dalam sikap berani berproses adalah bagaimana menghadapi setiap permasalahan dengan sikap yang terbaik dan melakukan sesuatu dengan tindakan yang terbaik pula. Karakteristik seseorang yang berani berproses adalah mengawali dengan mengakui segala permasalahan hidup yang terjadi merupakan tantangan hidup, sehingga tergerak untuk mengambil tanggung jawab dalam menghadapi, memperbaiki dan menuntaskannya. Paradigma yang mendorong kita untuk berani berproses, antara lain:
1.       Tidak ada panen tanpa melalui proses tanam
2.       Kita tidak dapat menjamin kesuksesan, tetapi kita dapat melayakan atau memantaskannya dengan daya dan upaya.
3.       Tidak ada pemecahan masalah tanpa adanya respon dan partisipasi aktif
4.       Harapan akan senantiasa menjadi mimpi tanpa transformasi dalam berbagai aksi.
Dalam berproses kita senantiasa berupaya untuk mencapai kesuksesan. Berikut ini rumus kesuksesan menurut Supardi Lee, yaitu: a) keyakinan diri yang positif, b) melakukan keharusan, c) membentuk kebiasaan positif, d) membentuk kebiasaan produktif, e) berkompetisi.
1.    Keyakinan diri yang positif
Langkah utama dalam berproses adalah menumbuhkan keyakinan diri yang positif bahwasannya kita mampu untuk berbuat sesuatu. You are what you think (kamu adalah apa yang kamu pikirkan). Ketika kita berpikir optimis terhadap kebaikan kita, insya Allah membuka pintu keyakinan diri kita dan mendorong kesungguhan untuk senantiasa mencapai keberhasilan. Sebaliknya, ketika kita berpikir pesimis terhadap tindakan kita, akan membelenggu kita dengan energi-energi negatif yang membuat diri kita tidak fokus.

2.    Melakukan keharusan
Seberat apa pun proses kehidupan ini adalah suatu keharusan. Inilah konsekuensi yang harus kita hadapi dalam berproses, karena hakikat kehidupan adalah menghadapi suatu keharusan. Ketika kita menganggap tidak ada keharusan dalam kehidupan, pada hakikatnya hati, pikiran dan anggota tubuh kita tidak hidup. Memenuhi kebutuhan hidup adalah suatu keharusan, meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan adalah keharusan, bekerja dan mencari nafkah adalah keharusan, menyayangi keluarga dan sesama adalah suatu keharusan dan masih banyak lagi keharusan-keharusan lainnya. Dengan demikian kita dituntut untuk tergerak melakukan suatu keharusan sehingga “kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi”(meminjam istilah seorang politikus negeri ini).
3.    Membentuk kebiasaan positif
Kebiasaan positif senantiasa dibentuk untuk menjadi pribadi yang berani berproses. Dari mulai bangun pagi-pagi, ibadah ritual tepat waktu, membaca buku sebagai pengembangan diri, merespon lingkungan, aktif dalam berbagai organisasi dan pengajian dan kebiasaan-kebiasaan positif lainnya yang dapat menguatkan arti hidup kita.
4.    Membentuk kebiasaan produktif
Kebiasaan positif tidak selamanya produktif, tetapi kebiasaan positif mengawali kebiasaan yang produktif. Artinya ketika kita sudah terbiasa dalam hal positif seperti ritual beribadah, membaca, atau bangun pagi-pagi misalnya ditingkatkan levelnya pada kebiasaan yang produktif. Contoh konkretnya ketika seseorang sudah dapat membentuk kebiasaan positif dalam melakukan ibadah ritual tepat waktu, ditingkatkan levelnya dengan berdakwah kepada sesama melalui lisan dan tulisan sehingga menjadi sesuatu yang produktif. Kemudian kebiasaan positif membaca dilanjutkan dengan kebiasaan produktif menulis di surat kabar, blog dan media online sehingga menghasilkan sesuatu atau minimal memberikan kepuasan tersendiri dan masih banyak contoh yang lain.
5.    Berkompetisi
Kompetisi bukanlah suatu hal yang menakutkan, kompetisi dalam konteks berani berproses ini adalah bagaimana kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan yang akan senantiasa menjadi amal shaleh yang bermanfaat buat diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama kita.

Selamat Berproses…

1 comment:

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com