Oleh: Usep Saefuddin
Live in the present while investing for the
future
(Kehidupan saat ini
merupakan investasi untuk masa depan – Rene Suhardono)
Setiap episode kehidupan tidak terlepas dari tiga tahapan yang saling
berkaitan, yaitu: a) input, b) proses, dan c) hasil. Ketiganya memiliki
hubungan kausal yang kuat. Hasil yang baik sangat ditentukan oleh input dan
proses yang baik pula. Buah yang berlimpah dihasilkan dari akar yang kuat dan batang
yang kokoh. Filosofis ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS Ibrahim ayat
24-25 yang mengungkapkan bahwa:
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Meskipun perumpamaan yang baik dalam ayat ini adalah “kalimat thoyibah”
namun dalam konteks kehidupan manusia, pencapaian tujuan yang optimal sangat
dipengaruhi oleh perencanaan yang baik dan proses yang sistematis. Sehingga
tidak berlebihan apabila kita mengapresiasi pepatah yang mengatakan, “orang
yang gagal dalam merencanakan sesuatu, pada hakikatnya merencanakan kegagalan.”
Berani berproses,
adalah suatu sikap hidup aktif dalam merespon setiap perubahan dan kenyataan
yang terjadi. Inti dalam sikap berani berproses adalah bagaimana menghadapi
setiap permasalahan dengan sikap yang terbaik dan melakukan sesuatu dengan
tindakan yang terbaik pula. Karakteristik seseorang yang berani berproses
adalah mengawali dengan mengakui segala permasalahan hidup yang terjadi merupakan
tantangan hidup, sehingga tergerak untuk mengambil tanggung jawab dalam
menghadapi, memperbaiki dan menuntaskannya. Paradigma yang mendorong kita untuk
berani berproses, antara lain:
1.
Tidak ada
panen tanpa melalui proses tanam
2.
Kita tidak
dapat menjamin kesuksesan, tetapi kita dapat melayakan atau memantaskannya
dengan daya dan upaya.
3.
Tidak ada
pemecahan masalah tanpa adanya respon dan partisipasi aktif
4.
Harapan
akan senantiasa menjadi mimpi tanpa transformasi dalam berbagai aksi.
Dalam berproses kita senantiasa berupaya untuk mencapai kesuksesan.
Berikut ini rumus kesuksesan menurut Supardi Lee, yaitu: a) keyakinan diri yang
positif, b) melakukan keharusan, c) membentuk kebiasaan positif, d) membentuk
kebiasaan produktif, e) berkompetisi.
1.
Keyakinan
diri yang positif
Langkah utama dalam berproses adalah menumbuhkan keyakinan diri yang positif
bahwasannya kita mampu untuk berbuat sesuatu. You are what you think (kamu adalah apa yang kamu pikirkan). Ketika
kita berpikir optimis terhadap kebaikan kita, insya Allah membuka pintu
keyakinan diri kita dan mendorong kesungguhan untuk senantiasa mencapai
keberhasilan. Sebaliknya, ketika kita berpikir pesimis terhadap tindakan kita,
akan membelenggu kita dengan energi-energi negatif yang membuat diri kita tidak
fokus.
2.
Melakukan
keharusan
Seberat apa pun proses kehidupan ini adalah suatu keharusan. Inilah
konsekuensi yang harus kita hadapi dalam berproses, karena hakikat kehidupan
adalah menghadapi suatu keharusan. Ketika kita menganggap tidak ada keharusan
dalam kehidupan, pada hakikatnya hati, pikiran dan anggota tubuh kita tidak
hidup. Memenuhi kebutuhan hidup adalah suatu keharusan, meningkatkan taraf
hidup melalui pendidikan adalah keharusan, bekerja dan mencari nafkah adalah keharusan,
menyayangi keluarga dan sesama adalah suatu keharusan dan masih banyak lagi
keharusan-keharusan lainnya. Dengan demikian kita dituntut untuk tergerak
melakukan suatu keharusan sehingga “kalau
bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi”(meminjam istilah
seorang politikus negeri ini).
3.
Membentuk
kebiasaan positif
Kebiasaan positif senantiasa dibentuk untuk menjadi pribadi yang berani
berproses. Dari mulai bangun pagi-pagi, ibadah ritual tepat waktu, membaca buku
sebagai pengembangan diri, merespon lingkungan, aktif dalam berbagai organisasi
dan pengajian dan kebiasaan-kebiasaan positif lainnya yang dapat menguatkan
arti hidup kita.
4.
Membentuk
kebiasaan produktif
Kebiasaan positif tidak selamanya produktif, tetapi kebiasaan positif
mengawali kebiasaan yang produktif. Artinya ketika kita sudah terbiasa dalam hal
positif seperti ritual beribadah, membaca, atau bangun pagi-pagi misalnya
ditingkatkan levelnya pada kebiasaan yang produktif. Contoh konkretnya ketika
seseorang sudah dapat membentuk kebiasaan positif dalam melakukan ibadah ritual
tepat waktu, ditingkatkan levelnya dengan berdakwah kepada sesama melalui lisan
dan tulisan sehingga menjadi sesuatu yang produktif. Kemudian kebiasaan positif
membaca dilanjutkan dengan kebiasaan produktif menulis di surat kabar, blog dan
media online sehingga menghasilkan sesuatu atau minimal memberikan kepuasan
tersendiri dan masih banyak contoh yang lain.
5.
Berkompetisi
Kompetisi bukanlah suatu hal yang menakutkan, kompetisi dalam konteks
berani berproses ini adalah bagaimana kita berlomba-lomba dalam berbuat
kebaikan yang akan senantiasa menjadi amal shaleh yang bermanfaat buat diri
kita, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan agama kita.
Selamat Berproses…
Semoga bermanfaat...
ReplyDelete