Oleh: Usep Saefuddin
Hakikat pendidikan adalah humanisasi. Suyitno (2009: 2) mengungkapkan
bahwa,” pendidikan yaitu upaya memanusiakan manusia”. Dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003: 4) diungkapkan bahwa,
“Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Landasan
yuridis di atas senantiasa mengindikasikan pendidikan sebagai faktor
esensial dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu
memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, relevan
serta signifikan dengan kebutuhan masyarakat.
Makna pendidikan
secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat
dan kebudayaannya. Pendidikan didefinisikan dalam arti luas dan arti
sempit, Robandi (2005: 4) menjelaskan bahwa, ”Dalam arti luas hidup
adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, education is life)”.
Ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan merupakan
segala pengalaman hidup yang memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan
dan perkembangan hidup individu serta berlangsung sepanjang hayat.
Karakteristik pendidikan dalam arti luas, meliputi:
- Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (long life education)
- Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu
- Pendidikan berlangsung bagi siapa pun (anak atau dewasa)
- Pendidikan terbentuk dari berbagai aktivitas, kegiatan, tindakan atau kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu.
- Pendidikan berlangsung di mana pun (keluarga, sekolah maupun masyarakat)
- Pendidik tidak terbatas hanya kepada pendidik profesional.
Dalam arti sempit, Robandi (2005: 5) menjelaskan bahwa, ”pendidikan merupakan persekolahan (schooling)
yaitu pengajaran, pelatihan dan pembentukan karakter dalam situasi yang
terkontrol”. Karakteristik pendidikan dalam arti sempit, yaitu:
- Waktu pendidikan setiap individu bervariasi, ada yang enam tahun, sembilan tahun, dua belas tahun dan sebagainya, diadasarkan atas titik terminal pendidikan dalam satuan waktu
- Tujuan pendidikan tidak sama dengan tujuan individu, ditentukan oleh pihak luar peserta didik, misal sekolah.
- Pendidikan hanya bagi mereka yang menjadi peserta didik pada lembaga pendidikan formal.
- Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, terkontrol, bersifat formal.
- Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau ruang khusus yang diciptakan untuk kegiatan belajar mengajar, misal bimbingan belajar atau kursus.
- Pendidik terbatas hanya kepada pendidik profesional.
Suyitno
(2009: 7) mengemukakan bahwa, ”pendidikan bersifat normatif dan mesti
dipertanggungjawabkan artinya pendidikan harus dilaksanakan secara
bijaksana, secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang
kokoh dan tujuan yang ideal yakni manusia yang dicita-citakan sesuai
dengan nilai dan norma yang dianut”. Dengan demikian pendidikan memiliki
tujuan yang jelas, tepat isi dan kurikulumnya, efektif metode
pelaksanaannya dan terkontrol kualitasnya.
Menurut Syah dalam Rini
(2013: 3) mengatakan bahwa, ”pendidikan berasal dari kata didik yang
artinya memelihara dan memberi latihan”. Aktivitas tersebut memerlukan
ajaran, tuntunan karakter dan latihan tentang kecerdasan pikiran. Dengan
demikian pendidikan merupakan upaya perubahan perilaku seseorang
melalui pengajaran, pembentukan karakter dan pelatihan. Sehingga
sebagian orang menganggap pendidikan merupakan upaya pengajaran,
pembentukan karakter dan pelatihan melalui pembelajaran di lingkungan
formal sehingga peserta didik menguasai bahan ajar.
Ki Hajar
Dewantara dalam Rohimin dkk (2009: 4) menjelaskan secara terminologis
bahwasannya, ”Pendidikan sebagai upaya memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan karakter dan batin), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Ki Hajar Dewantara pun menanamkan tentang konsep pendidikan yang utuh yakni ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,
yang artinya mampu menjadi teladan, mampu menjaga keseimbangan dan
mampu mendorong serta memotivasi peserta didik. Dalam prakteknya di
Taman Siswa (lembaga pendidikan yang didirikan Ki Hajar Dewantara)
bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain sehingga
dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak
yang selaras dengan dunianya.
Gambar 1 Tokoh Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara
Sumber: http://liputanislam.com/wp-content/uploads/2015/05/ki-hajar.jpg
Berdasarkan
uraian di atas, pada hakikatnya pendidikan merupakan segala daya upaya
yang bertujuan untuk membentuk individu yang dicita-citakan sesuai nilai
dan norma yang dianut sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
menuju kesempurnaan hidup.
Daftar Pustaka
Rini, Yuli Sectio. (2013). Pendidikan: Hakikat, Tujuan dan Proses.
Makalah Jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak
diterbitkan.
Robandi, Bambang. (2005). Landasan Pendidikan. Modul Perkuliahan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Rohimin dkk. (2009). Hakikat Pendidikan. Makalah Mata Kuliah
Pendidikan Nilai Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak
diterbitkan.
Suyitno. (2009). Landasan Filosofis Pendidikan Dasar. Modul
Perkuliahan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak
diterbitkan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : BP. Panca Usaha.
Semoga mengingat kembali tentang pentingnya memahami hakikat pendidikan...
ReplyDelete