Saturday, December 12, 2015

Hakikat Tes Tertulis



Pengertian dan Ragam Tes Tertulis
Penilaian adalah keniscayaan dalam praktik pendidikan. Secara istilah, pengertian penilaian adalah  serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil suatu keputusan. Proses penilaian tidak terlepas dari penggunaan teknik tes, pengertian tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites.

Melaksanakan Tes Tertulis
Sumber: Penulis

Mengukur kemampuan berupa aspek pengetahuan, umumnya guru menggunakan teknik tes tertulis. Secara terminologi, tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya diberikan dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan lain sebagainya.
Tujuan penggunaan tes, antara lain: a) mendiagnosis (kekuatan dan kelemahan) peserta didik, b) menilai kemampuan peserta didik (pengetahuan, pemahaman dan keterampilan), c) sertifikasi, d) seleksi, e) memonitoring mutu pendidikan.
Bentuk soal tertulis terdiri dari bentuk objektif dan non objektif. Bentuk objektif, meliputi: a) pilihan ganda, b) soal dua pilihan jawaban (Benar-Salah, Ya –Tidak), c) menjodohkan, d) isian atau melengkapi, e) jawaban singkat atau pendek. Bentuk non objektif yaitu soal uraian.

Standar Soal Penalaran Dasar dan Tinggi dalam Tes Tertulis
Pada dasarnya untuk mendapatkan gambaran secara spesifik tentang tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok, guru (penulis soal) dapat menggunakan standar level kemampuan (cognitive domain) dalam penulisan butir soal tes tertulis.
Soal Level 1 (Penalaran Dasar)
Menulis soal tes tertulis, umumnya memiliki kecenderungan untuk menulis butir-butir soal yang menuntut perilaku ingatan. Hal ini terjadi karena disamping mudah dalam penulisan soalnya, materi yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh secara langsung dari buku teks pelajaran. Peserta didik pada level soal ini dituntut memiliki kemampuan standar minimum dalam menguasai pelajaran (knowing), meliputi:

  1. Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana.
  2. Memperlihatkan tingkatan dasar pemecahan masalah dalam pelajaran, paling tidak dengan satu cara.
  3. Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-label dan materi visual lainnya.
  4. Dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan terminologi yang sederhana.

Penalaran Tinggi dalam Soal Tes Tertulis
Soal Level 2
Untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu, uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal yang menuntut penalaran tinggi, disamping dibutuhkan penguasaan materi ajar dan keahlian guru dalam menulis soal (konstruksi soal), juga dibutuhkan kreativitas dalam penulisan soal.
Peserta didik pada level soal ini dituntut memiliki kemampuan aplikatif (applying), meliputi:

  1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam konteks tertentu.
  2. Dapat menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data.
  3. Dapat memecahkan masalah-masalah rutin dalam pembelajaran.
  4. Dapat menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel dan materi visual lainnya.
  5. Dapat mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisasi penggunaan terminologi.

Soal Level 3
Pada prinsipnya penalaran tinggi adalah cara berpikir logis yang tinggi. Berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena peserta didik perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.
Peserta didik pada level soal ini dituntut memiliki kemampuan penalaran dan logika yang tinggi (reasoning), meliputi:

  1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap materi pelajaran, dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara yang berbeda.
  2. Dapat menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan informasi yang faktual.
  3. Dapat menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual.
  4. Dapat menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks dalam pelajaran.
  5. Dapat mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan menggunakan terminologi yang benar.
  6. Dapat memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak variabel.
  7. Dapat mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original.

Dalam penulisan soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal dapat mengacu pada level 2 dan 3 standar level kemampuan di atas. Selain itu, dalam menulis soal berpenalaran tinggi, senantiasa memperhatikan hal-hal berikut ini:

  1. Soal hendaknya menggunakan stimulus. Sebaiknya stimulus menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep atau gagasan inti permasalahan dan benar secara fakta. Stimulus dapat berbentuk teks bacaan, paragraf, puisi, penggalan cerita, contoh kasus, gambar, grafik, bagan, foto, daftar kata, simbol, peta film, rekaman dan sejenisnya.
  2. Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
  3. Soal mengukur keterampilan berpikir kritis.
  4. Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, hendaklah dalam memilih dan mengembangkan tes tertulis, sesuai dengan penalaran apa yang akan diukur dan bentuk soal yang diinginkan.
Semoga bermanfaat…

Referensi
Kemendikbud. (2013). Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Tim Puspendik. (2008). Tes Tertulis. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com