Cinta sejati adalah cinta seorang ibu pada
anaknya…
“Syifa, tolong bantu ibu mencuci
piring!”seru seorang ibu kepada anaknya yang beranjak remaja.
“Ya, nanti bu.”Jawab Syifa dengan
wajah menekuk sambil memainkan gadget.
“Syifa, tolong bantu ibu memasak!”seru
seorang ibu lagi.
“Aaaah, malas Bu …”. Jawab Syifa
dengan muka cemberut.
“Syifa, ambilkan air minum buat
tamu !” Seru Ibu di lain kesempatan.
“Kenapa ga suruh pembantu saja
siiih” Sahut Syifa dengan nada tinggi.
“Syifa, belajar, jangan menonton
TV terus ! bukannya besok ulangan?” Ajak ibu lagi.
“Cereweet amat sih” Umpat Syifa.
Kemudian Syifa masuk ke dalam
kamarnya, meraih selembar kertas karton dan spidol. Dituliskannya sesuatu dalam
karton tersebut.
MENCUCI PIRING : RP.10000
MEMASAK : Rp 20000
MENGAMBIL AIR : RP 10000
BELAJAR : RP 20000
MENGEPEL : RP
50000
…DST
Diberikannya tulisan tersebut
kepada ibunya. Dengan raut muka yang tenang, kemudian Ibu tersebut membalikan
karton, meraih spidol, dan menuliskan sesuatu pula pada sisi yang kosong…
MENAHAN MUAL KETIKA MENGANDUNGMU,
GRATIS
MENGANDUNGMU SEMBILAN BULAN,
GRATIS
MEMBERSIHKAN KOTORANMU KETIKA
BAYI, GRATIS
MENGAJARIMU BERBICARA DAN
BERJALAN, GRATIS
MERAWATMU KETIKA SAKIT, GRATIS
MEMBESARKANMU SAMPAI SEKARANG,
GRATIS
MENCUCI DAN MENYETRIKA PAKAIANMU,
GRATIS
MENYIAPKAN MAKAN DAN SARAPANMU,
GRATIS
MENYAYANGI DAN MENCINTAIMU,
SELAMANYA GRATIS…
Ketika merenungi tulisan ibunya
tersebut, Syifa diam sejenak, menitikkan air mata. Kemudian memeluk mesra
ibunya.
“Maafkan Aku bu, aku menyayangi
ibu selamanya…”. Akhirnya mereka saling berpelukan dengan tetes air mata di
lesung pipitnya.
Cerita di atas sesungguhnya merupakan sebuah refleksi diri untuk
senantiasa berbuat sabar dan ikhlas dalam merawat ibu kita, sebagaimana seorang
ibu sabar dan ikhlas sepenuh hati merawat kita sewaktu kecil. Seringkali kita
naik pitam dan memarahi mereka, ketika mereka berbuat salah atau salah
mendengar karena penurunan fungsi organ-organ tubuhnya. Tetapi renungilah
bagaimana sabarnya seorang ibu, berulang-ulang mengajar kita berbicara dan
berjalan, tanpa berhitung seberapa banyak kesalahan yang kita lakukan.
Ibu Menuntun Anak
Sumber: Penulis
Ketika kita sakit, mereka senantiasa berdoa dan berikhtiar untuk
kesembuhan kita, apa pun caranya. Sementara ketika mereka jompo, di masa-masa
akhir menderita sakit menahun, sang anak terkadang malah berdoa untuk
kepulangannya ke pangkuan Allah, daripada harus menderita merasakan sakit.
Untuk kegagalankarir, cita dan cinta pun, kita harus introspeksi sikap
kita terhadap orang tua. Karena ridha Allah ada pada ridha orang tua. Sudah sepatutnya
kita senantiasa mendengar nasihatnya selama itu tidak bertentangan dengan
kaidah agama. Tidak jarang kemarahan seorang ibu pada hakikatnya adalah jelmaan
dari kasih sayangnya. Untuk itu marilah…
Mulai saat ini ….kita perlakukan ibu kita lebih baik dengan penuh kasih
sayang ….
Mulai sekarang… hindari perkataan dan perbuatan yang dapat menyinggung
perasaannya…
Mulai dari hal yang terkecil…berikanlah kebahagiaan dan senyuman
sepanjang hari melalui persembahan terbaik kita, prestasi kita dan
keberhasilan-keberhasilan hidup yang dapat membanggakannya….
Maafkanlah kami ibu, selama ini belum dapat memberikan tempat terindah,
belum bisa membahagiakanmu sepenuh hati ….
Cinta dan kasih sayangmu adalah keikhlasan sejati yang tidak akan pernah
ternilai, karena selamanya tidak akan pernah terganti dengan materi dan
perlakuan kami ….
Selamat hari ibu ….
No comments:
Post a Comment