Setiap orang pasti pernah merasakan kegagalan dalam
kehidupan, baik dalam karier, cinta, atau pun harapan-harapan yang diyakini
sangat menentukan arah kehidupan. Seorang guru sukarelawan pernah mengalami kegagalan
dalam meraih seleksi dan penempatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Seorang pendidik
pernah galau ketika dinyatakan harus mengulang saat ujian Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) atau mendapatkan mode tatap muka pada saat Uji Kompetensi
Guru (UKG). Dan yang tidak kalah pentingnya, seorang pendidik kerap gagal dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Serta fenomena
yang marak belakangan ini, beberapa guru justru harus gagal dalam berumah tangga.
Gambar 1 Ilustrasi Kegagalan
Foto : http://www.putuputrayasa.com/wp-content/uploads/2015/04/7-hal-penyebab-kegagalan-bisnis-1440x564_c.jpg
Apa itu kegagalan?
Banyak definisi tentang kegagalan, bergantung dari
sisi mana kita memberikan batasan dan menyikapinya. Dalam pandangan orang-orang
realistis, kerap kali kegagalan diartikan sebagai berikut:
- Kegagalan ialah ketidakmampuan mencapai apa yang diinginkan
- Kegagalan merupakan tindakan memaksakan diri dalam melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan.
Dalam pandangan orang-orang yang optimis, kegagalan
diartikan, antara lain:
- Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda
- Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali dengan lebih cerdik
- Kegagalan merupakan proses menuju keberhasilan
Definisi di atas menunjukan pembelajaran dalam
kegagalan yaitu memberikan pengetahuan tentang apa yang salah atau terlewat
dilakukan di masa lalu dan bagaimana kita memperbaikinya dalam tindakan di masa
yang akan datang, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Beberapa tokoh dunia pernah mendefinisikan makna dari
suatu kegagalan, antara lain:
- Presiden AS ke 35 John F Kennedy (1917-1963) mengungkapkan bahwa, “hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan”.
- Conficius (551-479 SM), seorang filsuf Cina mengemukakan bahwa,”kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali ketika kita jatuh”.
- Thomas Alva Edison (1847-1931), seorang penemu bola lampu menyatakan bahwa,”banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”.
- Winston Churchill (1874-1965), seorang yang pernah menjadi Perdana Menteri Inggris di tahun 1940 menjelaskan bahwa,”keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat”.
Bagaimana mengatasi kegagalan?
- Menjadikan kegagalan sebagai tantangan bukan hambatan
- Replanning (membuat rencana ulang)
- Latihan (Practices)
- Take action, try again !
Menjadikan
Kegagalan sebagai Tantangan, Bukan Hambatan
Menyikapi kegagalan seringkali dilakukan dengan
berkeluh kesah, reaktif terhadap kegagalan yang terjadi, menyesali diri,
berdiam diri di rumah, mengunci kamar dan kegiatan non produktif lainnya yang
membelenggu solusi dan kreativitas dalam mengembangkan diri. Kenyataan tersebut
mengindikasikan sikap kita yang menganggap kegagalan sebagai suatu hambatan
sehingga kita menyerah kepada keadaan.
Idealnya, sikap pertama yang harus ditunjukkan dalam
menyikapi kegagalan adalah receptive (menerima)
kegagalan dengan jiwa yang besar dengan menjadikan kegagalan sebagai sebuah tantangan
yang harus segera diatasi. Dengan menjadikan kegagalan sebagai tantangan,
mendorong seseorang untuk membuat
analisis menyeluruh tentang kegagalan tersebut, merumuskan kembali upaya-upaya
perbaikan dalam mencapai keberhasilannya.
Replanning
(Membuat Rencana Ulang)
Langkah kedua dalam mengatasi kegagalan adalah dengan
membuat perencanaan baru yang reformatif dan diyakini akan menghasilkan goal. Perencaan ini berupa detail-detail
tahapan kegiatan secara sistematis dengan tetap fokus pada proses dan tujuan
yang ingin dicapai.
Mulailah perencanaan baru kita dengan hal-hal terkecil
terlebih dahulu sebagai permulaan dalam merubah sikap dan perilaku. Hindari target
yang terlalu tinggi, karena target yang tinggi hanya akan menghasilkan perasaan
jenuh dan putus asa. Buatlah perencanaan secara terjadwal dan bertahap sehingga
kemampuan terus meningkat dari hal-hal yang sederhana sampai dengan kemampuan
yang kompleks, sehingga target tinggi pun akan terprogres secara otomatis.
Latihan
(Practices)
Practices
makes perfect (latihan akan membuat kesempurnaan). Maksudnya tidak ada proses yang instan
dalam membentuk keahlian, semua butuh proses dan waktu. Menurut Felix Siauw
daam bukunya yang berjudul “Habits”
mengungkapkan bahwa pemain basket yang memiliki akurasi 85 % dalam lemparan
bebas, melakukan lebih dari 500000 lemparan bebas sepanjang kariernya.
Hanya dengan latihan yang terus-menerus, kompetensi
kita akan berubah menjadi lebih baik, terlatih, sehingga menciptakan kebiasaan
(habits). Dengan latihan dan
pengulangan yang berkesinambungan akan dapat mengantisipasi sekaligus mereduksi
potensi kegagalan kita.
Take Action, Try Again !
Langkah inti dalam mengatasi kegagalan adalah
melakukan aksi. Sehebat apa pun rencana, tidak bernilai apa-apa jika tidak
direalisasikan. Seperti yang diungkapkan David Schwartz dalam bukunya yang
berjudul “Berpikir dan Berjiwa Besar”
mengungkapkan bahwa, “gagasan sederhana yang dilakukan lebih baik daripada
gagasan hebat yang mati karena tidak dilaksanakan”.
Langkah selanjutnya, tentu saja mencoba kembali tanpa
harus takut dengan kegagalan. Ingat, Thomas Alva Edison perlu 10000 kali
kegagalan dalam menemukan bola lampu. Donnie Yen perlu 20 tahun belajar kungfu
dan perlu 45 tahun untuk bisa memproduksi film sebagus Ip Man. Semua orang-orang
hebat yang terlahir merupakan hasil dari kerja keras dan cucuran keringat dalam
mengatasi berbagai kegagalan. Dengan latihan dan pengulangan yang terus-menerus
tanpa rasa takut akan kegagalan, menumbuhkan peningkatan kemampuan secara
signifikan.
No comments:
Post a Comment