Tuesday, January 10, 2017

Tahapan-tahapan Kecil (Small Steps)



Pernahkah anda mengucurkan air sekaligus dari gayung atau tempat dengan permukaan yang lebih besar ke gelas atau cangkir? Apa yang terjadi? Tentunya sedikit air yang masuk karena sebagian air tercecer atau tumpah di meja / lantai.
Pernahkah anda memasukkan makanan dalam ukuran besar sekaligus ke mulut? Apa yang terjadi? Umumnya ada saja bagian makanan yang tidak masuk. Kalau pun masuk, kerongkongan akan terasa penuh dan sesak.
Pernahkah kalian memperhatikan anak kecil yang mengambil permen sekaligus dalam sebuah toples sehingga membuat kesulitan si anak untuk mengeluarkan tangannya? Coba bandingkan jika anak tersebut mengambilnya secara bertahap, satu persatu secara berulang-ulang, bagaimana hasilnya?pasti anak tersebut akan mendapatkan permen lebih banyak.
Begitulah hidup, harapan, impian dan target yang besar pada hakikatnya merupakan rangkaian aktivitas tahapan-tahapan kecil. Tidak dapat dilakukan secara instan, perlu proses untuk mencapainya. Dalam peribahasa Indonesia sering dikenal dengan istilah “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, dari selembar benang yang terus-menerus ditenun akan menghasilkan kain yang kuat. Dalam peribahasa Cina diungkapkan bahwa, “perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah pertama”.
Dalam konteks pembelajaran, kita mengenal istilah konstruktivisme, dimana anak secara aktif mengkonstruksi pemahaman konsep secara bertahap dari persinggungan konsep awal yang dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang dia dapatkan dari lingkungan, sehingga tumbuh konflik kognitif yang muaranya kepada pemahaman yang komprehensif dan kesimpulan yang utuh.
Seorang ahli biologi dari Swiss Jean Piaget mengungkapkan bahwa, manusia mengalami tahapan perkembangan berpikir, meliputi: a) tahap sensorimotor (0-1,5 th), b) tahap pra operasional (1,5-6 th), c) tahap operasional konkret (6-12 th), dan d) operasional formal (12 tahun ke atas).
Pada tahap sensorimotor, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat darinya dan pergerakannya. Pada tahap pre operational (pra operasional), anak menunjukan aktivitas kognitif memahami realitas di lingkungan dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Pada tahap concrete operational (operasional konkret), anak dapat membuat pemikiran tentang situasi konkrit secara logis. Pada tahap formal operational (operasional formal), berkembangnya kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak dan kemampuan mempertimbangkan cakupan yang luas dari hal-hal yang terbatas.
Ustadz Felix Siauw mengungkapkan bahwa, “habits is practice and repetition”. Kebiasaan adalah latihan dan pengulangan. Artinya dalam membentuk kebiasaan seseorang, dibutuhkan latihan dan pengulangan yang terus menerus. Untuk mendapatkan akurasi yang baik memasukkan bola ke dalam keranjang pada permainan basket, seorang atlet legendaris seperti Michael Jordan harus melatih tembakannya secara berulang-ulang sampai puluhan ribuan tembakan.
Menurut Hermann Von Helmholtz, seorang Fisikawan, membagi proses kreatif dalam tiga tahapan, yaitu: a) saturasi (pengumpulan ide), b) inkubasi (pengeraman ide), dan c) iluminasi (pencerahan). Pada tahap saturasi, pikiran dipenuhi berbagai ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada tahap inkubasi, aktivitas pikiran terus berlangsung di alam bawah sadar. Setelah melewati masa inkubasi, pada tahap iluminasi munculah ide kreatif yang mencerahkan sebagai solusi atas masalah yang kita hadapi.
Gambar 1
Proses Kreatif menurut Helmholtz
Dalam upaya menemukan bola lampu, seorang ilmuwan seperti Thomas Alva Edison, harus rela mengalami kegagalan sebanyak 10000 kali. Dibutuhkan keringat yang mengalir dari sebuah inspirasi yang menghasilkan karya yang berguna untuk kehidupan manusia. Bahkan manfaat itu terus kita rasakan sampai saat ini, sebuah capaian historis yang melampaui usia biologisnya.
Implikasi dari uraian di atas, hendaklah dalam menyajikan pembelajaran dilakukan secara bertahap, small steps. Dari mulai konsep yang paling sederhana menuju konsep yang kompleks. Dari konsep yang sifatnya umum (general) menuju konsep yang khusus (spesifik). Dengan tahapan pembelajaran yang sistematis, latihan terus menerus, contoh nyata dan bermakna sesuai dengan lingkungan dan masalah yang dihadapi, akan membentuk kebiasaan dan pemahaman konsep yang kuat sebagai hasil dari kekuatan pikiran.

Referensi
Surya, Muhamad. (2013). Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta.
Surya, Yohanes. (2006). Mestakung. Bandung: Hikmah (Mizan Publika).

No comments:

Post a Comment

 

www.guraru.org

Guru Berbagi

Blogroll

Usep Saefuddin

Email :Saefuddin.usep1708@gmail.com