Pernahkah
anda mengucurkan air sekaligus dari gayung atau tempat dengan permukaan yang
lebih besar ke gelas atau cangkir? Apa yang terjadi? Tentunya sedikit air yang
masuk karena sebagian air tercecer atau tumpah di meja / lantai.
Pernahkah
anda memasukkan makanan dalam ukuran besar sekaligus ke mulut? Apa yang
terjadi? Umumnya ada saja bagian makanan yang tidak masuk. Kalau pun masuk,
kerongkongan akan terasa penuh dan sesak.
Pernahkah
kalian memperhatikan anak kecil yang mengambil permen sekaligus dalam sebuah
toples sehingga membuat kesulitan si anak untuk mengeluarkan tangannya? Coba bandingkan
jika anak tersebut mengambilnya secara bertahap, satu persatu secara
berulang-ulang, bagaimana hasilnya?pasti anak tersebut akan mendapatkan permen
lebih banyak.
Begitulah
hidup, harapan, impian dan target yang besar pada hakikatnya merupakan
rangkaian aktivitas tahapan-tahapan kecil. Tidak dapat dilakukan secara instan,
perlu proses untuk mencapainya. Dalam peribahasa Indonesia sering dikenal
dengan istilah “sedikit demi sedikit,
lama-lama menjadi bukit”, dari selembar benang yang terus-menerus ditenun
akan menghasilkan kain yang kuat. Dalam peribahasa Cina diungkapkan bahwa, “perjalanan ribuan mil dimulai dari satu
langkah pertama”.
Dalam konteks
pembelajaran, kita mengenal istilah konstruktivisme, dimana anak secara aktif
mengkonstruksi pemahaman konsep secara bertahap dari persinggungan konsep awal
yang dimiliki anak dengan pengetahuan baru yang dia dapatkan dari lingkungan,
sehingga tumbuh konflik kognitif yang muaranya kepada pemahaman yang
komprehensif dan kesimpulan yang utuh.
Seorang
ahli biologi dari Swiss Jean Piaget mengungkapkan bahwa, manusia mengalami
tahapan perkembangan berpikir, meliputi: a) tahap sensorimotor (0-1,5 th), b) tahap
pra operasional (1,5-6 th), c) tahap operasional konkret (6-12 th), dan d)
operasional formal (12 tahun ke atas).
Pada tahap
sensorimotor, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui
alat darinya dan pergerakannya. Pada tahap pre
operational (pra operasional), anak menunjukan aktivitas kognitif memahami
realitas di lingkungan dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Pada
tahap concrete operational (operasional
konkret), anak dapat membuat pemikiran tentang situasi konkrit secara logis. Pada
tahap formal operational (operasional
formal), berkembangnya kemampuan individu untuk berpikir secara hipotesis dan
berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak dan kemampuan mempertimbangkan
cakupan yang luas dari hal-hal yang terbatas.
Ustadz
Felix Siauw mengungkapkan bahwa, “habits
is practice and repetition”. Kebiasaan adalah latihan dan pengulangan. Artinya
dalam membentuk kebiasaan seseorang, dibutuhkan latihan dan pengulangan yang
terus menerus. Untuk mendapatkan akurasi yang baik memasukkan bola ke dalam
keranjang pada permainan basket, seorang atlet legendaris seperti Michael
Jordan harus melatih tembakannya secara berulang-ulang sampai puluhan ribuan tembakan.
Menurut
Hermann Von Helmholtz, seorang Fisikawan, membagi proses kreatif dalam tiga
tahapan, yaitu: a) saturasi (pengumpulan ide), b) inkubasi (pengeraman ide), dan
c) iluminasi (pencerahan). Pada tahap saturasi, pikiran dipenuhi berbagai ide
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada tahap inkubasi, aktivitas
pikiran terus berlangsung di alam bawah sadar. Setelah melewati masa inkubasi,
pada tahap iluminasi munculah ide kreatif yang mencerahkan sebagai solusi atas
masalah yang kita hadapi.
Gambar 1
Proses Kreatif menurut Helmholtz
Dalam
upaya menemukan bola lampu, seorang ilmuwan seperti Thomas Alva Edison, harus
rela mengalami kegagalan sebanyak 10000 kali. Dibutuhkan keringat yang mengalir
dari sebuah inspirasi yang menghasilkan karya yang berguna untuk kehidupan
manusia. Bahkan manfaat itu terus kita rasakan sampai saat ini, sebuah capaian
historis yang melampaui usia biologisnya.
Implikasi
dari uraian di atas, hendaklah dalam menyajikan pembelajaran dilakukan secara
bertahap, small steps. Dari mulai konsep
yang paling sederhana menuju konsep yang kompleks. Dari konsep yang sifatnya
umum (general) menuju konsep yang khusus (spesifik). Dengan tahapan
pembelajaran yang sistematis, latihan terus menerus, contoh nyata dan bermakna
sesuai dengan lingkungan dan masalah yang dihadapi, akan membentuk kebiasaan
dan pemahaman konsep yang kuat sebagai hasil dari kekuatan pikiran.
Referensi
Surya, Muhamad. (2013). Psikologi Guru. Bandung: Alfabeta.
Surya, Yohanes. (2006). Mestakung. Bandung: Hikmah (Mizan Publika).
No comments:
Post a Comment